Petualangan ke Air Terjun Gunung
Ambawang
Oleh : Sukardi (Adi TB)
8-9 Maret 2015
Hidup ini terasa sangat cepat,
atau kita yang sudah berada di penghujung dunia, jika ia, silakan buat lirik
lagu, dengan judul ‘di ujung dunia’, agar kita sadar, bahwa hidup ini tidak
abadi dan kontrak di dunia tidak lama lagi. Kalau berbicara dengan tema gini,
saya jadi teringat dengan Almarhum KH. Zaenudin MZ, saya ngefens kepada beliau,
semoga amal ibadah dan perjuangannya di jalan Allah diterima di sisi-Nya, Amiin
Ya Rabbal ‘alamin.
Kembali lagi, ‘hidup ini terasa
sangat cepat’, rasanya hari ini saya
baru dilahirkan dari rahim ibuku tersayang, ibu Siti Nurhasanah, namun
nyatanya, saya sudah besar, sudah berusia 20 tahun, dan sekarang berada di kota
Pontianak. Semoga kesehatan, pengetahuan, rezeki dan jodoh, berjalan lancar,
mendapat berkah dan ridho Allah SWT. Amiin.
Kali ini, saya akan menulis
perjalanan saya dan kawan-kawan, dalam rangka mengisi liburan kuliah, semester
ganjil, tahun ajaran 2014/2015. Tidak terasa, saya sudah melalui 3 semester,
dan sekarang berada di semester 4.
Pada tanggal 8 Maret 2015, hari
Sabtu, saya bersama ‘The Kepomvong bin Kecebong hanyut (Srisin, Ummi MF,
Hilya), dan 2 serangga merah (Edi dan Danny), pergi berlibur ke Rasau Jaya. Agenda
ini sebenarnya sudah lama direncanakan, sejak Januari, menuju Februari, hingga
ujian dan melewati Pekan Bakti Mahasiswa (PBM). Akhirnya, tercapai juga agenda
ini, saya mendapat kabar setelah pulang jalan-jalan ke Sanggau pada 2-4 Maret
2015.
Sesuai dengan jadwal, jam 15.00
saya di jemput oleh Ummi MF. Kemudian kami menuju ke rumah tempat Sri Sintia
kerja, di Jl. Sumatra. Gang Mekar. Pada pukul 15.30 kami pun berangkat menuju
Rasau.
Di jalan terasa lapar, saya dan
Ummi mampir di warung dan membeli roti rasa keju, sebanyak 3 bungkus. Sambil
mengendarai sepeda motor, kami makan, tidak hanya berdua, kami pun berbagi
dengan teman-teman, terasa petualang banget, makan di jalan, haha :D .
Menjelang sholat magrib, kami
sudah sampai di Rasau. Kami disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Terdapat lukisan
alam, bukit-bukit dikejauhan tertawa, pohon-pohon yang rindang membawa udara
segar nan damai, dengan keadaan ini, Ummi di belakang saya mulai mengepakkan
sayapnya, mungkin ia menghayal menjadi burung hantu betina, dengan inisial di
huruf “U” di bagian punggungnya, haha :D.
Ladang padi yang menguning, ingin
rasanya aku berguling-guling, wkwk :D ..
Ups! Saya sedang menyetir kendaraan.
Bruuum…
kami berenam pun sampai di rumah Sri Sintia. Di Telok Pakedai,Desa Sungai Deras, Kubu Raya. Ketika itu Lampu sedang padam. Emm.. gelap gulita, tetapi semangat kami tetap terang. Ada upaya memberikan terang dengan pelita, dan sebentar dengan Aki. Sekitar 15 menit menunggu, listrik pun menyala kembali. Horeee… :D
kami berenam pun sampai di rumah Sri Sintia. Di Telok Pakedai,Desa Sungai Deras, Kubu Raya. Ketika itu Lampu sedang padam. Emm.. gelap gulita, tetapi semangat kami tetap terang. Ada upaya memberikan terang dengan pelita, dan sebentar dengan Aki. Sekitar 15 menit menunggu, listrik pun menyala kembali. Horeee… :D
Setelah makan malam, kami jalan-jalan
ke rumah Kakek Sri, Ngobrol-ngobrol bentar, sambil minum kopi. Pukul 21.00 kami
pamit pulang, badan salah satu teman ada ngeliat-ngeliat, mungkin pegal
perjalanan, saya pun beberapa kali mengubah posisi duduk. Mata sudah mengantuk,
menuju pukul 22.00, kami pun bersiap-siap menuju pulau seribu mimpi, alias
Bobok. Tapi masih ada yang krik, krik, “Ui, tidok, tidok, jangan ada suara”
kata mas Danny. Sebagai pengantar tidur, saya membaca sedikit buku jurnalistik,
dan aku mulai ngantuk (wiit cepatnya) Hoooahh… :D nguap.
Minggu, 9 Maret 2015. Pagi hari
kami jogging, foto-foto di batu besar. Ada air gunung jernih, bisa di minum,
tapi kami tidak minum, hanya cuci muka. Setelah itu, kami pulang, sarapan, makan susu
dan minum kue, betol? Jika salah, maafkanlah, wkwk :D lebay.
Foto: di batu
Setelah itu, kami karaokean, ada
sound lumayan gedek di teras. Bisa kedengaran sekampung. Hehe.. kami
menyanyikan lagu dangdut, lumayan membuat penat dan stress kabur. Setelah itu
kami makan. Waduh, kerjaan kami makan melulu, sungguh merepotkan tuan rumah,
jangan jera ya Neng Sri untuk menjamu kedatangan kami. J
Pukul 10.00, kami melanjutkan
perjalanan menuju Bukit Ambawang. Anggota kami bertambah menjadi 7, dengan
seorang wanita penunjuk jalan. Tujuan perjalanan kami ialah ke wisata Air
Terjun di bukit Ambawang. Perjalanan sekitar 30 menit untuk menuju lokasi. Setelah
sampai, kami mendaki bukit lagi, hingga ke Air terjun, sekitar 15 menit. Lumayan
berat dan membuat kami ngos-ngosan. Maklum, jarang olahraga. Hee..
Foto: Pendakian Bukit Ambawang
Setelah menemukan air terjun,
kami segera mandi dan menikmati aliran deras air pegunungan, dan dahsyatnya
terjangan air terjun tersebut. Punggung serasa di pijat refleksi, sungguh
nikmat, dan ini pengalaman pertama. Di sela-sela mandi, saya melihat seorang
kakak yang sedang mencari udang di balik batu, hehe.. biaya di air terjun,
ialah 5 ribu.
Foto: Tim Cinta dan Sahabat
Foto: Mandi di bawah air terjun gunung Ambawang
Foto: 3 Kepomvong mandi di Air Terjun
Sekitar 1 jam kami di air terjun
tersebut, pada pukul 12 lewat, kami pun pulang. Ketika turun bukit, perjalanan
terasa cepat. Tidak lupa dan tidak mau kehilangan momen, kami pun berpose,
berfoto ria.
Biaya parkir 5 ribu.
Foto: The Kepomvong Bin Kecebong hanyut
Pukul 13.00, kami makan siang. Sungguh
nikmat dengan suasana angin pedesaan yang sepoy-sepoy…. Serasa pengen seminggu
lagi. Namun apa daya, kami harus pulang, karena agenda kami hanya sehari
semalam, nanti mamah papah marah di rumah.
Pukul 15.00 kami pun pulang ke Pontianak
, dengan suasana hati yang bahagia, berlibur di Rasau, dan menikmati air terjun
yang dahsyat.
Foto: Nur Ummi Mufidah & Sukardi (Adi TB)
Salam Cinta
0 Komentar