sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Ekspedisi ke Kubu Padi

Ekspedisi ke Kubu Padi

Sukardi
Sabtu, 3 Januari 2014

“Bawa celana dua ya, takut jalannya becek”. Itulah pesan singkat yang masuk, dikirim oleh Ummi MF. Saya langsung bangun dari tempat tidur, mengecas hp, dan menuju kamar mandi. Mandi dengan santai dan sampai bersih, wangi dan makin segar.

Mengapa saya mendapat sms demikian?,

Hari ini, saya dan kawan-kawan  akan pergi ke Kubu Padi, mau ke rumah Kak Sani, sekalian menghadiri acara maulid Nabi Muhammad saw.  Berhubung rute yang akan dilalui, menuju rumah kak Sani lumayan becek, maka harus membawa pakaian pengganti.

Kubu Padi, nama yang pernah saya dengar ketika berada di kampung. Saya memang suka yang namanya jalan-jalan, yang saya sebut ekspedisi. Diajak oleh kawan-kawan ke Kubu Padi, dan berkenaan dengan hari libur, saya pun langsung menjawab “Iya, mau”.

Pukul 6 lewat, Hilya dan Mas Dani sudah tiba di Gazebo IAIN Pontianak. Kami ngumpulnya di Gazebo. “Saya di Gazebo, by Hilya” itu pesan singkat yang saya baca ketika mengecek pesan masuk. saya sudah selesai berkemas-kemas, membawa baju dan celana, pengecas, kopiah, sikat gigi dan pasta gigi, pembersih wajah, buku tulis, buku bacaan, dan pulpen. Ku packing rapi ke dalam tas ransel. Dan seperti biasa, kalau akan jalan-jalan, saya tidak ketinggalan membawa pelengkapan seperti tersebut. Saya pun turun dari Ma’had aljamiah menuju Gazebo.

Menunggu teman-teman yang lainnya, saya isi dengan mendengarkan radio yang ada di hp. Sebagai referensi dan latihan, sebelum siaran langsung di radio Prokom, radio yang terdapat di kampus IAIN Pontianak.

Beberapa menit kemudian, Sri Sintia datang bersama teman atau cowoknya. Saya pun tidak enak mau bertanya-tanya, yang penting mereka tampak santai. Si tuan rumah, alias Kak Sani, masih di rumah calon mertuanya. Sri bilang, dia nyusul nanti bersama tunangannya. Jadi, sekarang masih menunggu satu orang lagi. Dia yang akan boncengan dengan saya, Si Ummi.

15 menit kemudian, Ummi pun datang dengan menggunakan jaket cokelat tebal dan sepeda motornya yang bernama “Blue”. Sip, sudah berkumpul semua. Bismillah, kami pun berangkat menuju kubu padi.

Sudah dua jembatan tol yang kami lewati, sekarang masuk siantan. Sekitar 30 menit, kami rombongan berhenti sejenak, berfoto-foto. Di area yang memiliki pemandangan indah, tempat tersebut bernama, Training School, banyak tanaman dan bunga-bunga. Asri.

Kami melanjutkan perjalanan. Memasuki area sawit. Saya dan Ummi melihat burung besar, hitam dan ada warna cokelat kemerahan di bagian leher. Ummi penasaran dengan  burung tersebut. Saya pun kurang tau nama asli burung tersebut.  Kalau tidak salah, embut-embut. Karena suaranya demikian.

Melihat teman-teman lainnya, laju jauh melesat di depan, saya pun tancap gas, menyusul mereka. Angin dan suasananya sangat segar. 15 menit kemudian, sampailah kami di tikungan menuju rumah kak Sani.

Ketika di Pontianak, saya berkhayal bisa jalan dengan santai, dengan jalan yang tidak rusak parah. Dan ternyata, jalannya rusak banget. Becek.

Ini menjadi kali pertama saya melewati jalan rusak, dengan membawa sepeda motor. Dengan hati yang masih kurang percaya, saya mencoba untuk sabar, nekat dan memberanikan diri melewati jalan ini. Karena tidak ada jalan lain yang bagus.

Berulang-ulang 3 motor yang kami bawa, terjebat dalam lumpur. Dan ada yang tumbang. Kami saling kerjasama untuk melewati jalan tersebut. Tidak ada pilihan untuk menyerah dan kembali. Kami harus berusaha keras dan maju kedepan, sampai ke tujuan.

Jika dikaitkan dengan kehidupan, beginilah hidup, tidak selamanya berjalan ancar dan mulus. Akan ada tantangan yang kita hadapi. Harus kuat dan berusaha. Kami para pria, yang berjalan bersama para wanita yang kami cinta, di jalan yang becek parah, akan menjadi pembuktian, kalau kami sungguh-sungguh dan bisa menjadi imam di dalam hidup mereka. Si Ummi senyum, dan saya pun tambah semangat.

Matahari semakin meninggi. Keringat bercucuran. Terasa lelah, maka kami istirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga. Beberapa menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Suara ceramah dari masjid pun terdengar semakin jelas. Menambah semangat kami untuk melangkah, walau langkah kami sering di tahan oleh lumpur.

3,2,1.. akhirnya kami pun sampai di rumah kak sani. Kami segera mencuci lumpur yang menempel di badan, dan mengganti pakaian. Istirahat sejenak di rumah kak sani, minum air putih dulu, haus. Suguhan buah jeruk datang. Nyam-nyam, haus pun terobati.

Kami lanjutkan ke masjid Baitu Ridawan, yang terletak di desa Mungguk Emas, menghadiri acara maulid. Sama seperti di kampung saya, prosesi maulid yang terlaksana dengan kompak oelh warga kampung. Makanan dan buah-buahan yang banyak. Merayakan kelahiran Rasulullah dan berkumpul bersama, menurut saya aswaja, asli dan wajar-wajar saja, hehe.

Selesai dari masjid, kami ke tempat Bibi kak Sani. Di sana kami di sambut dengan ramah. Ada suguhan kue cucur, dodol dan teh. Keponakan kak sani, bernama madan, usianya sekitar 4 atau 5 tahun, ia cerdas dan lucu, terdapat lesung pipit, suka lagu “papah mana” ia putar sendiri biasanya, dia pun berjoget-joget.

Kami berfoto dan ngobrol santai dengan keluarga kak sani. Sebelum kami pamit pulang. Hadir lagi suguhan makanan. Sungguh perut ini terasa penuh banget, haha. Kami makan, walau sedikit, menghargai tuan rumah.

Kami kembali ke rumah kak sani. Istirahat dan melaksanakan sholat.
Asar, kami bersiap-siap untuk pulang ke pontianak. Ternyata, Kami di suguhkan makanan lagi oleh keluarga kak sani. Setelah makan, kami pamitan kepada keluarga kak sani, dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Semoga bisa datang lagi di lain waktu.
Seru dan mantap ekspedisi ke Kubu Padi. Sampai jumpa di ekspedisi berikutnya.



Posting Komentar

0 Komentar