Ekspedisi ke Kubu Padi
Sukardi
Sabtu, 3 Januari 2014
“Bawa celana dua ya,
takut jalannya becek”. Itulah pesan singkat yang masuk, dikirim oleh Ummi MF. Saya
langsung bangun dari tempat tidur, mengecas hp, dan menuju kamar mandi. Mandi
dengan santai dan sampai bersih, wangi dan makin segar.
Mengapa saya mendapat sms demikian?,
Hari ini, saya dan
kawan-kawan akan pergi ke Kubu Padi, mau
ke rumah Kak Sani, sekalian menghadiri acara maulid Nabi Muhammad saw. Berhubung rute yang akan dilalui, menuju
rumah kak Sani lumayan becek, maka harus membawa pakaian pengganti.
Kubu Padi, nama yang
pernah saya dengar ketika berada di kampung. Saya memang suka yang namanya
jalan-jalan, yang saya sebut ekspedisi. Diajak oleh kawan-kawan ke Kubu Padi,
dan berkenaan dengan hari libur, saya pun langsung menjawab “Iya, mau”.
Pukul 6 lewat, Hilya
dan Mas Dani sudah tiba di Gazebo IAIN Pontianak. Kami ngumpulnya di Gazebo.
“Saya di Gazebo, by Hilya” itu pesan singkat yang saya baca ketika mengecek
pesan masuk. saya sudah selesai berkemas-kemas, membawa baju dan celana,
pengecas, kopiah, sikat gigi dan pasta gigi, pembersih wajah, buku tulis, buku
bacaan, dan pulpen. Ku packing rapi ke dalam tas ransel. Dan seperti biasa,
kalau akan jalan-jalan, saya tidak ketinggalan membawa pelengkapan seperti
tersebut. Saya pun turun dari Ma’had aljamiah menuju Gazebo.
Menunggu teman-teman
yang lainnya, saya isi dengan mendengarkan radio yang ada di hp. Sebagai
referensi dan latihan, sebelum siaran langsung di radio Prokom, radio yang
terdapat di kampus IAIN Pontianak.
Beberapa menit
kemudian, Sri Sintia datang bersama teman atau cowoknya. Saya pun tidak enak
mau bertanya-tanya, yang penting mereka tampak santai. Si tuan rumah, alias Kak Sani, masih di rumah calon mertuanya. Sri bilang, dia nyusul nanti bersama
tunangannya. Jadi, sekarang masih menunggu satu orang lagi. Dia yang akan
boncengan dengan saya, Si Ummi.
15 menit kemudian, Ummi
pun datang dengan menggunakan jaket cokelat tebal dan sepeda motornya yang
bernama “Blue”. Sip, sudah berkumpul semua. Bismillah, kami pun berangkat
menuju kubu padi.
Sudah dua jembatan tol
yang kami lewati, sekarang masuk siantan. Sekitar 30 menit, kami rombongan
berhenti sejenak, berfoto-foto. Di area yang memiliki pemandangan indah, tempat
tersebut bernama, Training School, banyak tanaman dan bunga-bunga. Asri.
Kami melanjutkan
perjalanan. Memasuki area sawit. Saya dan Ummi melihat burung besar, hitam dan
ada warna cokelat kemerahan di bagian leher. Ummi penasaran dengan burung tersebut. Saya pun kurang tau nama
asli burung tersebut. Kalau tidak salah,
embut-embut. Karena suaranya demikian.
Melihat teman-teman
lainnya, laju jauh melesat di depan, saya pun tancap gas, menyusul mereka. Angin
dan suasananya sangat segar. 15 menit kemudian, sampailah kami di tikungan
menuju rumah kak Sani.
Ketika di Pontianak,
saya berkhayal bisa jalan dengan santai, dengan jalan yang tidak rusak parah.
Dan ternyata, jalannya rusak banget. Becek.
Ini menjadi kali
pertama saya melewati jalan rusak, dengan membawa sepeda motor. Dengan hati
yang masih kurang percaya, saya mencoba untuk sabar, nekat dan memberanikan
diri melewati jalan ini. Karena tidak ada jalan lain yang bagus.
Berulang-ulang 3 motor
yang kami bawa, terjebat dalam lumpur. Dan ada yang tumbang. Kami saling
kerjasama untuk melewati jalan tersebut. Tidak ada pilihan untuk menyerah dan
kembali. Kami harus berusaha keras dan maju kedepan, sampai ke tujuan.
Jika dikaitkan dengan
kehidupan, beginilah hidup, tidak selamanya berjalan ancar dan mulus. Akan ada
tantangan yang kita hadapi. Harus kuat dan berusaha. Kami para pria, yang
berjalan bersama para wanita yang kami cinta, di jalan yang becek parah, akan
menjadi pembuktian, kalau kami sungguh-sungguh dan bisa menjadi imam di dalam
hidup mereka. Si Ummi senyum, dan saya pun tambah semangat.
Matahari semakin
meninggi. Keringat bercucuran. Terasa lelah, maka kami istirahat sejenak untuk
mengumpulkan tenaga. Beberapa menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan.
Suara ceramah dari masjid pun terdengar semakin jelas. Menambah semangat kami
untuk melangkah, walau langkah kami sering di tahan oleh lumpur.
3,2,1.. akhirnya kami
pun sampai di rumah kak sani. Kami segera mencuci lumpur yang menempel di
badan, dan mengganti pakaian. Istirahat sejenak di rumah kak sani, minum air
putih dulu, haus. Suguhan buah jeruk datang. Nyam-nyam, haus pun terobati.
Kami lanjutkan ke
masjid Baitu Ridawan, yang terletak di desa Mungguk Emas, menghadiri acara maulid. Sama seperti di kampung saya, prosesi maulid
yang terlaksana dengan kompak oelh warga kampung. Makanan dan buah-buahan yang
banyak. Merayakan kelahiran Rasulullah dan berkumpul bersama, menurut saya
aswaja, asli dan wajar-wajar saja, hehe.
Selesai dari masjid,
kami ke tempat Bibi kak Sani. Di sana kami di sambut dengan ramah. Ada suguhan
kue cucur, dodol dan teh. Keponakan kak sani, bernama madan, usianya sekitar 4
atau 5 tahun, ia cerdas dan lucu, terdapat lesung pipit, suka lagu “papah mana”
ia putar sendiri biasanya, dia pun berjoget-joget.
Kami berfoto dan
ngobrol santai dengan keluarga kak sani. Sebelum kami pamit pulang. Hadir lagi
suguhan makanan. Sungguh perut ini terasa penuh banget, haha. Kami makan, walau
sedikit, menghargai tuan rumah.
Kami kembali ke rumah
kak sani. Istirahat dan melaksanakan sholat.
Asar, kami bersiap-siap
untuk pulang ke pontianak. Ternyata, Kami di suguhkan makanan lagi oleh
keluarga kak sani. Setelah makan, kami pamitan kepada keluarga kak sani, dan
mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Semoga bisa datang lagi di lain waktu.
Seru dan mantap
ekspedisi ke Kubu Padi. Sampai jumpa di ekspedisi berikutnya.
0 Komentar