“Siapa yang menolong, maka Ditolong”
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.(Q.S al-Maidah: 2)
Sudah dua jam yang lalu, kapal yang aku tumpangi, berpamitan kepada
dermaga Teluk Batang. Dengan 1 tiket kapal, aku mengarungi samudera, menuju
kota Pontianak. Perjalanan yang lumayan
lama, yakni 16 jam.
“Aduuh!, gimana cara memasangnya ya?” terdengar suara seorang Kakek. Posisinya
tidak jauh dari tempat dudukku. Tampaknya Kakek itu sedang kesulitan. Aku
segera menghampirinya. “Permisi. Kakek sedang apa?” kataku dengan sopan. “Iya
Nak. Ini lo, Kakek mau nelpon Cucu di Pontianak, tapi susah banget masukin benda
kecil ini, katanya kalau tak pakai benda ini, tak bisa nelpon.” kata si Kakek
sambil nunjukin handphone dan kartu telpon. “Ooh.. gitu to. Sini Kek,
biar Midun bantu” dengan segara kupasang benda kecil itu alias SIM card,
kemudian HP ku aktifkan. “Ni Kek, udah selesai, bisa langsung nelpon, mana
nomor HP Cucu Kakek?” tanyaku dengan semangat. “Wah, mantap. Bisa langsung
‘haloo’ kah?” Kakek bertanya dengan penuh rasa penasaran.“ Iya Kek, bisa
langsung ‘haloo’. Tapi, masukin dulu nomor tujuannya“ kataku dengan sedikit
nyengir. Si Kakek mengeluarkan rokok, bersama bungkusannya. Kirain mau berbagi
rokok, ternyata tidak. Si Kakek mengambil kertas putih, yang diselipkan di bungkus
rokok tadi. “Ini Nak, nomor Cucu Kakek, Namanya Ujang”. Wah nama yang sangat
familiar. Aku langsung masukin nomor yang tertera didalam kertas tadi. Ku
buhungi. Setelah tersambung, aku berikan HP itu kepada si Kakek. “Terima kasih
Nak” si Kakek kemudian asyik menelpon Cucunya. Aku kembali ke tempat duduk
semula, menikmati pemandangan laut.
***
16
jam mengarungi samudera.Melewati lautan lepas, kemudian menyusuri sungai Kapuas.
Kapal digoyang-goyang oleh ombak, menciptakan suasana yang berbeda. Pukul 5
subuh, kapal merapat ke dermaga Kapuas,udara sejuk pun menyambutku.
“Mau
kemana Dek?” tanya tukang becak. “Ke komplek Mujahidin Pak” kataku sambil melihat
alamat pada secarik kertas.Becak pun melaju, roda-rodanya kompak, 20 menit
perjalanan, becak pun tiba di komplekMujahidin.Aku berjalan dengan santai,
memasuki komplek, mencari rumah no 6. “3,4,5,... nah ! ini rumah no 6”.Terlihat
seorang pemuda di teras rumah. Ia sedang fokus menatap layar laptopnya.
“Assalamualaikum..?” kataku sambil mengusap keringat di dahi, dan aku sedikit
dehidrasi. “Wa’alaikumsalam. Oo kamu Midun, sini masuk. Nyampek juga akhirnya
ente” pemuda tadi menyambutku dengan ramah. Pemuda itu akrab disapa Yuda. Teman
SMP ku di kampung. Ia hijrah ke kota, ketika SMA.Kami sahabat akrab. Kerna ini
kali pertama aku merantau, rasa bingung membelenggu, salah satunya mencari
tempat tinggal. Karena Yuda satu-satunya orang yang aku kenal di Pontianak, aku
minta bantuan kepadanya. “Maaf ya Dun, rumahku gak megah. Ni Dun, silakan di
minum, hanya ini adanya” si Yuda
bersikap rendah hati. Segelas air tertata rapi di atas meja tamu. “Rumah gedek
kayak gini. Terimakasih ya udah ngizinin aku ke sini” tuturku sambil minum, tau
aja si Yuda kalau aku sedang haus banget. “Dibuat nyaman aja ya Dun, jangan
sungkan. Kalau ada yang bingung, tanyakan saja, anggap rumah sendiri bro” wah
si Yuda baik banget, tetap sama sikapnya, seperti di kampung dulu.
***
Waktu
dan cahaya, sedikit demi sedikit, aku lalui di kota khatulistiwa ini.
Terbayang-bayang kampung halaman, kangen sama ibu dan bapak. Semangatku terus
bangkit untuk kuliah. Ujian penerimaan mahasiswa baru telah kulalui, pengumuman
kelulusan telah ditempel, aku dinyatakan lulus. “Gimana PMB nya Dun?” tanya
Yuda sambil memasukkan pakaian ke dalam tas. “Alhamdulillah, aku lulus bro”
kataku sambil melihat dompet yang isinya tinggal 20 ribu.rupiah “Mantap, selamat
ya, kuliah yang semangat bro”. Yuda juga mengecek ban motornya. “Terimakasih
bro. BTW, ente mau kemana?” ku lihat kantong bajuku, yang hanya ada uang receh
500 rupiah. “Saya mau keluar kota, titip rumah ya, jangan lupa di kunci Dun”
pesan Yuda kepadaku, sambil pamitan. “Hati-hati di jalan Yud”. Aku mengantar
Yuda sampai ke halaman rumah. Aku
sekarang hanya memiliki uang 20.500 rupiah. Sedangkan minggu depan, aku harus
menyelesaikan administrasi perkuliahan. Aku bingung ni, tadi mau pinjam uang
sama Yuda, gak enak, lagipula ia mau keluar kota. Aku merenung dalam-dalam.
Merenung ternyata bisa membuat perut lapar. Aku pergi ke
warung, mau cari makanan. Di perjalanan, hatiku tidak tenang , kepikiran terus
dengan uang buat daftar ulang. Perutku semakin lapar, aku berjalan semakin
cepat. “Nak Midun?” terdengar suara yang tidak asing. “Sini Nak Midun?” aku
perlahan-lahan menoleh, sepertinya aku kenal suara ini. “Kakek,! apa kabar?”
ternyata benar, itu Kakek yang di kapal. aku segera menghampirinya dan
bersalaman. “Kabar kakek baik, Ni lagi jual roti. Midun kenapa, kok wajahnya
kusut, haha”si Kakek menanyakan kabarku, sambil memberi sebungkus roti. “Makanlah,
Kakek tahu kalau Midun lagi lapar, ini roti enak Dun, rasa Cokelat” roti itu ku
makan, sampai tiga suap, kemudian kembali bicara “Aku lagi galau Kek”. “Galau kenapa Dun?” ceritalah sama
Kakek”. Aku bercerita panjang lebar kepada Kakek. Tentang aku tidak punya uang
buat daftar ulang. Si Kakek tanpak mencerna, dan memahami keadaanku, matanya
berbinar dan sedih. “Kakek kenapa?”. “Gak kenapa-kenapa Dun, ini untukmu,
gunakan dengan baik ya. Kakek jadi teringat dengan anak Kakek yang merantau ke
Jawa, kuliah.” Kakek mengeluarkan dompet, mengambil uang yang lumayan banyak,
dan diberikan kepadaku. “Maaf Kek, Midun gak punya pekerjaan buat ganti uang
Kakek ini”. Aku merasa tidak enak dan merepotkan Kakek. “Sudah Dun, ambil aja
uang ini, kamu kan lagi butuh, segera daftar ulang, dan kuliah dengan benar ya,
masalah kerja, nanti kamu bantuin Kakek jual roti, keliling kota Pontianak”. Kakek
meyakinkanku. “Terimakasih Kek, Midun mau jualan rotinya Kakek” Aku tersenyum
dan meneteskan air mata, terharu bahagia. Bertemu seorang Kakek yang baik hati.
Akhirnya aku bisa melunasi biaya administrasi daftar ulang. Kuliah lancar. Usaha
roti pun lancar. Alhamdulillah. “Siapa yang menolong, maka Ditolong. (*)
Nama
Lengkap : SUKARDI Nama Pena : ADI TB No HP: 0857 5398 1601
0 Komentar