sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

“Siapa yang menolong, maka Ditolong”

“Siapa yang menolong, maka Ditolong”
Oleh : Sukardi (Adi TB)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.(Q.S al-Maidah: 2)

Sudah dua jam yang lalu, kapal yang aku tumpangi, berpamitan kepada dermaga Teluk Batang. Dengan 1 tiket kapal, aku mengarungi samudera, menuju kota  Pontianak. Perjalanan yang lumayan lama, yakni 16 jam.

“Aduuh!, gimana cara memasangnya ya?” terdengar suara seorang Kakek. Posisinya tidak jauh dari tempat dudukku. Tampaknya Kakek itu sedang kesulitan. Aku segera menghampirinya. “Permisi. Kakek sedang apa?” kataku dengan sopan. “Iya Nak. Ini lo, Kakek mau nelpon Cucu di Pontianak, tapi susah banget masukin benda kecil ini, katanya kalau tak pakai benda ini, tak bisa nelpon.” kata si Kakek sambil nunjukin handphone dan kartu telpon. “Ooh.. gitu to. Sini Kek, biar Midun bantu” dengan segara kupasang benda kecil itu alias SIM card, kemudian HP ku aktifkan. “Ni Kek, udah selesai, bisa langsung nelpon, mana nomor HP Cucu Kakek?” tanyaku dengan semangat. “Wah, mantap. Bisa langsung ‘haloo’ kah?” Kakek bertanya dengan penuh rasa penasaran.“ Iya Kek, bisa langsung ‘haloo’. Tapi, masukin dulu nomor tujuannya“ kataku dengan sedikit nyengir. Si Kakek mengeluarkan rokok, bersama bungkusannya. Kirain mau berbagi rokok, ternyata tidak. Si Kakek mengambil kertas putih, yang diselipkan di bungkus rokok tadi. “Ini Nak, nomor Cucu Kakek, Namanya Ujang”. Wah nama yang sangat familiar. Aku langsung masukin nomor yang tertera didalam kertas tadi. Ku buhungi. Setelah tersambung, aku berikan HP itu kepada si Kakek. “Terima kasih Nak” si Kakek kemudian asyik menelpon Cucunya. Aku kembali ke tempat duduk semula, menikmati pemandangan laut.
***
16 jam mengarungi samudera.Melewati lautan lepas, kemudian menyusuri sungai Kapuas. Kapal digoyang-goyang oleh ombak, menciptakan suasana yang berbeda. Pukul 5 subuh, kapal merapat ke dermaga Kapuas,udara sejuk pun menyambutku.
“Mau kemana Dek?” tanya tukang becak. “Ke komplek Mujahidin Pak” kataku sambil melihat alamat pada secarik kertas.Becak pun melaju, roda-rodanya kompak, 20 menit perjalanan, becak pun tiba di komplekMujahidin.Aku berjalan dengan santai, memasuki komplek, mencari rumah no 6. “3,4,5,... nah ! ini rumah no 6”.Terlihat seorang pemuda di teras rumah. Ia sedang fokus menatap layar laptopnya. “Assalamualaikum..?” kataku sambil mengusap keringat di dahi, dan aku sedikit dehidrasi. “Wa’alaikumsalam. Oo kamu Midun, sini masuk. Nyampek juga akhirnya ente” pemuda tadi menyambutku dengan ramah. Pemuda itu akrab disapa Yuda. Teman SMP ku di kampung. Ia hijrah ke kota, ketika SMA.Kami sahabat akrab. Kerna ini kali pertama aku merantau, rasa bingung membelenggu, salah satunya mencari tempat tinggal. Karena Yuda satu-satunya orang yang aku kenal di Pontianak, aku minta bantuan kepadanya. “Maaf ya Dun, rumahku gak megah. Ni Dun, silakan di minum,  hanya ini adanya” si Yuda bersikap rendah hati. Segelas air tertata rapi di atas meja tamu. “Rumah gedek kayak gini. Terimakasih ya udah ngizinin aku ke sini” tuturku sambil minum, tau aja si Yuda kalau aku sedang haus banget. “Dibuat nyaman aja ya Dun, jangan sungkan. Kalau ada yang bingung, tanyakan saja, anggap rumah sendiri bro” wah si Yuda baik banget, tetap sama sikapnya, seperti di kampung dulu.
***
Waktu dan cahaya, sedikit demi sedikit, aku lalui di kota khatulistiwa ini. Terbayang-bayang kampung halaman, kangen sama ibu dan bapak. Semangatku terus bangkit untuk kuliah. Ujian penerimaan mahasiswa baru telah kulalui, pengumuman kelulusan telah ditempel, aku dinyatakan lulus. “Gimana PMB nya Dun?” tanya Yuda sambil memasukkan pakaian ke dalam tas. “Alhamdulillah, aku lulus bro” kataku sambil melihat dompet yang isinya tinggal 20 ribu.rupiah “Mantap, selamat ya, kuliah yang semangat bro”. Yuda juga mengecek ban motornya. “Terimakasih bro. BTW, ente mau kemana?” ku lihat kantong bajuku, yang hanya ada uang receh 500 rupiah. “Saya mau keluar kota, titip rumah ya, jangan lupa di kunci Dun” pesan Yuda kepadaku, sambil pamitan. “Hati-hati di jalan Yud”. Aku mengantar Yuda sampai ke  halaman rumah. Aku sekarang hanya memiliki uang 20.500 rupiah. Sedangkan minggu depan, aku harus menyelesaikan administrasi perkuliahan. Aku bingung ni, tadi mau pinjam uang sama Yuda, gak enak, lagipula ia mau keluar kota. Aku merenung dalam-dalam.
Merenung ternyata bisa membuat perut lapar. Aku pergi ke warung, mau cari makanan. Di perjalanan, hatiku tidak tenang , kepikiran terus dengan uang buat daftar ulang. Perutku semakin lapar, aku berjalan semakin cepat. “Nak Midun?” terdengar suara yang tidak asing. “Sini Nak Midun?” aku perlahan-lahan menoleh, sepertinya aku kenal suara ini. “Kakek,! apa kabar?” ternyata benar, itu Kakek yang di kapal. aku segera menghampirinya dan bersalaman. “Kabar kakek baik, Ni lagi jual roti. Midun kenapa, kok wajahnya kusut, haha”si Kakek menanyakan kabarku,  sambil memberi sebungkus roti. “Makanlah, Kakek tahu kalau Midun lagi lapar, ini roti enak Dun, rasa Cokelat” roti itu ku makan, sampai tiga suap, kemudian kembali bicara  “Aku lagi galau  Kek”. “Galau kenapa Dun?” ceritalah sama Kakek”. Aku bercerita panjang lebar kepada Kakek. Tentang aku tidak punya uang buat daftar ulang. Si Kakek tanpak mencerna, dan memahami keadaanku, matanya berbinar dan sedih. “Kakek kenapa?”. “Gak kenapa-kenapa Dun, ini untukmu, gunakan dengan baik ya. Kakek jadi teringat dengan anak Kakek yang merantau ke Jawa, kuliah.” Kakek mengeluarkan dompet, mengambil uang yang lumayan banyak, dan diberikan kepadaku. “Maaf Kek, Midun gak punya pekerjaan buat ganti uang Kakek ini”. Aku merasa tidak enak dan merepotkan Kakek. “Sudah Dun, ambil aja uang ini, kamu kan lagi butuh, segera daftar ulang, dan kuliah dengan benar ya, masalah kerja, nanti kamu bantuin Kakek jual roti, keliling kota Pontianak”. Kakek meyakinkanku. “Terimakasih Kek, Midun mau jualan rotinya Kakek” Aku tersenyum dan meneteskan air mata, terharu bahagia. Bertemu seorang Kakek yang baik hati. Akhirnya aku bisa melunasi biaya administrasi daftar ulang. Kuliah lancar. Usaha roti pun lancar. Alhamdulillah. “Siapa yang menolong, maka Ditolong. (*)


Nama Lengkap : SUKARDI  Nama Pena : ADI TB  No HP: 0857 5398 1601 

Posting Komentar

0 Komentar