Bangku Di Teras Rumahku
Di kala senja melebur mengelabu
Di kala matahari sangat lelah dan tak mau lagi duduk berbincang
Kelebatan malam tidak lagi memberikan ultimatum ketakutan
Hingga jendela pun tertutup tidak membuatku turut masuk
Kursi di teras teramat nyaman jika kamu disebelahnya
Rasa sakit teramat berat hingga saat matahari masih ingin terduduk aku telah beranjak
Mencoba mengeringkan luka dan berusaha merajut kembali
Tidak ada kau dan matahari, aku masih berlama di sana
Berteriak di dalam kerinduan
Pada jiwa yang telah pergi
***
Menyerah
Aku harus menyerah
Sudah kucoba untuk bertahan namun tak kuasa
Aku harus menyerah
Besar harapanku untuk bertahan namun hati tak bisa lagi menerimaAku harus menyerah
Rasa sakit ini sudah terlalu parah hingga membuat hatiku pecah bergelimang darah
Dan perasaanku terporak-porandaAku harus menyerah
Kan kututup semua lembar kisah mimpi indah hidup ini
Cukup sudah sampai disini, aku menyerah.
****
Sembahyang Rindu
Bahkan ombak pun menolak membawa rinduku padamu
Bersama angin kusembahyangkan diri
Mentakbirkan daun dan rumput
Melambai jauh padamu
Gelora doa dizikir ombak
Mentasbihkan pasir-pasir
Menghampar sepanjang waktu
Kini baru kutahu
Rindu bertahun kuwirid di angin malam
Belum sampai padamu
Seperti ombak pulang balik ke tepian
Hanya deru zikirku yang lantang
Seperti pekik pungguk memanggil bulan
Tangisku mengeris lengang
Menunggu kau datang
Seperti menangkap bayang
Di pancaran cahayamu yang cerlang Oleh: Nuryana Asmaudi SA
***
Aku Kehilangan Parasmu
Lovina
Ya, kita pernah singgah ke pantai ini
Sesudah kau kecup bibirku di sanur dan kuta
Saat matahari berdiri di alis matamuPara bule yang berjemur memandangi kita
Seperti ingin menerbangkan busur
Ke angkasa: kuta mengikatkan cinta
Tapi di tukad cebol kembali terlunta
Seakan adam dan hawa berburu cinta
Di bukit rahma bertemu pula
Aku kehilangan parasmu
Namamu tak mampu kuterjemahkan Oleh: Isbedy Stiawan ZS
***
Sepi
Tersebab
Tak mungkin bisa bersama
Maka aku selalu menuliskan syair hati
Dimana kehidupan dunia bisa diatur sesuai mauku
Lantas kau dan aku menjadi kita
Hanya bisa memanggil ingatan untuk mengusir kesunyian
Tapi ia datang tak pernah sendirian
Selalu beserta kerinduan
Terbayang suatu hari tangan kita terkait
Terlelap bersama dibawah saku langit
Sepi ini selalu menghantarkanku padamu
***
Aku Mencintaimu
Aku mampu bernarasi
Aku mampu berimaji
Aku juga mampu berpuisi
Menuangkan segala kata hati
Padamu aku mencintai
Luasnya benua, tak seluas harapanku
Indahnya senja sama indahnya dengan puisiku
Aku lumpuh jika aku kehilangan
Kehilangan segala lurusan bait juga kehilangan cinta sepertimu
***
Hancur
Seperti pisau tajam yang menusuk hati
tak pernah bisa dilepas lagi
menusuk sampai nurani
tempat aku bingkai indah namamu
Aku hanyalah serpihan puing yang rapuh
ingin aku ceritakan kehancuran ini
tapi, kau seolah tak peduli
tak mampu kusatukan lagi kepingan hati
***
Zona Pertemanan
Aku ingat pertama kali melihatmu
Kau masuk ke hidupku tanpa permisi
Berputar bagai gasing di dalam pikiranku
Entah kau milik siapa
Kau tulus untuk selalu datang menyapa setiap hari
Aku saja yang menolak
dan lebih memilih menatap ke arah lain Oleh: Fiersa Besari
***
Catatan Kelam
Ruang perawatan adalah lebih baik
Lebih sempurna ketimbang harus sehat berjalan wajar
Lebih indah untuk sekedar pendar cahaya bulan
Pada waktu di mana semua harus mendapat ultimatum untuk terus berjalan
Tanpa arti jarak yang telah tertempuh
Bila kau pergi sesaat setelah aku ada pada waktu
Untuk apa senyum penyambutannya
Bila tangisan tak bisa kau bendung pergi
Sesaat setelah semua di mulai, ini telah usai
Cerita kita bergegas berakhir
0 Komentar