sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

BULAN TERBELAH (Cerita Pendek)



Malam itu sepi. tak secuilpun suara penghuni malam mengusik. Tak seperti malam-malam sebelumnya, penghuni malam bernyanyi, bermain musik akustik, asyik dan menarik, tak ada gerakan dan adegan yang sengaja mengusik. Kurasa malam ini akan menarik.


Kudengar dari warga sekitar, malam ini akan ada pembagian tugas ronda. Karena aku sudah duduk di bangku kuliah, aku juga mendapat giliran untuk jaga malam. Kuterima sebuah kertas, dengan daftar nama dan hari. Kutelusuri satu persatu, namaku terletak di urutan keenam, tepat di awal bulan, malam Jumat.
Ini menjadi pengalaman pertamaku. Sudah lama aku ingin menjadi bagian penjaga malam. Aku laki-laki, naluri untuk menjaga keamanan menjadi suatu yang fitrah. Namun, pengalaman pertamaku, mengapa harus di malam Jumat?, yang kata sebagian orang, malam itu malam yang mengerikan, malam keluarnya dedemit, ya masih katanya.
Apa daya, tugas sudah menengger di pundak. Berani dan tidak berani, amanah itu terus bergerak di pikiranku. Sepulang kuliah, aku berkemas untuk malam ini. Sarung dan senter sudah kuletakkan di meja. Aku baca-baca beberapa tips untuk jaga malam. Ya, hanya beberapa, tidak sampai satu paragraf, aku sudah tertidur pulas. Siang ini aku harus tidur, untuk modal nanti malam.
Malam Jumat pun tiba, keadaan seperti biasa, ba’da Isya, suasana jalanan masih ramai. Pukul 19.30 aku sudah di pos ronda. Ada beberapa warga yang duduk bermain gaplek, ditemani seteko kopi hitam, pahit namun memikat malam.
Malam ini aku ngeronda bersama Kang Tejo, warga yang berprofesi sebagai tukang bangunan. Aku dan Kang Tejo bergantian jaga. Dia tidur duluan. Warga tadi yang main gaplek sudah pada pulang.
Beberapa menit, setelah aku mengecek senter, tiba-tiba ada suara aneh di sekitarku. Kutoleh Kang Tejo yang sedang tertidur pulas. Aku pun serasa mulas. Aku jarang ngembun, disentuh angin malam sedikit, langsung meriang.
Oya, tadi itu suara apa ya?. Aku bertanya sendiri di dalam hati. Aku berusaha menenangkan diri. Malam pertama ngeronda kok dapat ujian yang lumayan serem begini. Aku jadi pengen cepet-cepet pulang ke rumah. Tapi, lagi-lagi aku ingat ke hakikatku sebagai laki-laki. Suara asing tadi semakin mendekat, senterku berkedip-kedip, tidak tenang, tidak teratur, napasku berlarian, tak tau arah. Aku menoleh ke Kang Tejo. Aku kaget, ia menghilang, malam semakin remang.
Suara aneh itu mendekatiku. Aku mulai gemetaran. Napas ku terputus-putus, tidak teratur, tidak terarah. Aku berusaha mencari Kang Tejo. Berlari dengan sekuat-kuatnya. Ingin berteriak, namun tak kuat, leher ini serasa dicekik. Darah mulai mendingin. Suara itu menghilang, namun ada hal lain yang datang.
Kunang-kunang. Aku suka dengan kerlap kerlip cahayanya. Aku berlari menghampirinya. Awalnya kecil mungil dan lucu, cahayanya bersahabat. Namun, perlahan-lahan, cahayanya membesar, berubah menjadi api.
Api, aku tidak suka api, ia panas, ia menyala. Aku lari lagi. Kali ini lebih kencang. Tidak hirau dengan apa yang datang. Ada teriakan. Ada suara minta tolong. Aku coba balik badan, kulihat seorang melambaikan tangan. Aku kenal orang itu, ia yang bersamaku tadi di pos ronda. Hah, itu Kang Tejo. Bersama kunang-kunang api, ia dibawa terbang.
Aku berlari mencoba menolong Kang Tejo, aku berlari ke arahnya, tapi dia terus dibawa terbang. Ia tidak tampak lagi, ia menghilang. Aku bingung, aku harus ke mana?. Langkah kuterus berjalan ke gelap malam. Aku panik, aku merasa gagal, menjaga malam ini terasa kacau, tidak mudah, tidak kuasa, akhirnya aku pasrah. Tiba-tiba badanku menjadi ringan, aku melayang, aku terbang, aku menutup mata, aku tak berdaya, sangat lelah, aku memilih pergi menuju bulan terbelah.
Matahari telah naik setinggi tombak. Sedikit cahaya mendekati wajahku. Hangat, aku bersemangat. Aku bangun dari tidurku. Masih sempoyongan. Nyawaku belum kembali seutuhnya. Kutarik napas pelan-pelan, mencari tenaga untuk membawa raga. Ternyata, aku masih berada di posko jaga malam. Kang Tejo sudah tidak di tempat, mungkin ia sudah berangkat kerja. Apa yang terjadi tadi malam? Aku bermimpi.


Penulis: Sukardi (Adi TB)
Alumni Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Pontianak

Posting Komentar

0 Komentar