Bapak di samping saya ini banyak
maunya, eh, salah, yang benar, bapak di
samping saya ini tidak banyak maunya.
Saya mau ini, dia tidak mau. Saya mau itu juga dia tidak mau. Tapi kalau dia mau
ini itu (terkadang) saya mau.
Itulah hukum alam, siapa kuat dia
berkuasa. Hari ini, dia yang berkuasa. Karena keinginannya yang kuat. Kuat
“memaksa” saya untuk menulis. Kemudian saya pun ikut, saya lemah, tak berdaya
seperti daun kering yang tertiup angin.
Bapak di samping saya telah
hilang. Ia terbang bersama pena dan kertasnya. Entah kemana. Meninggalkan saya
sendiri di sini bersama burung-burung gereja, dedaunan, pohon yang menari-nari,
air yang tenang, angin yang damai dan matahari yang menembus tulang-tulang daun
pohon di atas saya. Seperti “bokeh” kalau dalam dunia fotografi.
Teman-teman yang saya sebutkan di
atas tadi seakan-akan menghibur saya. Tau dari mana? Ya, karena saya manusia.
Manusia diciptakan Tuhan dengan sangat sempurna. Mengalahkan Jin dan Setan.
Melalui belajar, manusia dapat menjadi manusia yang seutuhnya. Pembelajaran
itu, bisa didapat melalui alam.
Air, yang memiliki kekuatan besar
dan berpengaruh pada kehidupan misalnya. Air mempunyai sifat ketenangan dan
dapat pula kacau dalam kondisi apapun. Tak jarang banyak kata-kata bijak yang
berasal dari air. Misalnya: setitik air dapat melobangi batu. Air beriak tanda
tak dalam, air yang tenang bearti dalam. Artinya, bahwa orang-orang yang
memiliki kehebatan (kedalaman air) akan cenderung lebih banyak diam. Air juga
memiliki sifat sederhana, yaitu berani mengalir hingga ke tempat paling rendah.
Dan masih banyak sekali hal yang di dapat melalui air.
Burung, adalah lambang kebebasan.
Karena itu juga banyak syair-syair lagu yang dibuat dengan melibatkan burung.
Orang yang hidup tidak bebas akan diibaratkan dengan burung yang terkurung di
dalam sangkar, dan sebagainya.
Hanya seputar air dan burung
saja, sudah banyak yang didapatkan apalagi dengan daun, pohon, angin, tanah dan
elemen-elemen lain. Pasti tak dapat ditampung dan ditulis di atas kertas.
Seperti Ilmu Tuhan yang diibaratkan tak dapat ditulis walau dengan melibatkan
tinta berupa laut dan sungai. Nah, itulah alam. Itulah ilmu Tuhan. Maka
kenalilah alam agar kalian dapat mengenali Tuhan.(*)
Penulis: Nur Ummi Mufidah
7 Desember 2014
Museum Pontianak, di atas kursi
batu, di bawah pohon.
0 Komentar