Penulis: Sukardi (Adi TB) dan Ummi MF
(Novel Fiksi untuk Remaja dan Dewasa)
Tulisan yang telah terkubur lama, kurang lebih sudah berusia 2,5 Tahun, sejak penulis berada di bangku perkuliahan semester 4, detik ini, penulis memberanikan diri mengepost tulisan ini perbagian. Untuk hari ini, penulis sajikan kata pengantar dan prolog dulu. Baik, tidak perlu berlama, berpanjang dan berlebar, mari kita menuju ke novel "The Adventure of Abdul and Zainal.
Kata Pengantar Penulis
Ini
bukan cerita berbahasa Inggris, cuman judulnya aja yang berbahasa inggris. Jadi,
bagi para pembaca yang ingin menyiapkan kamus bahasa inggris, tidak usah! ,
karena di dalam cerita ini hanya mengandung lima bahasa dari Nusantara, yakni
bahasa Indonesia, Madura, Sambas, Melayu dan selebihnya adalah bahasa asing.
Buku
ini menceritakan tentang petualangan dua sahabat di bumi Khatulistiwa. Perjalanan yang panjang, waktu, ruang dan
kisah yang sangat unik mereka lalui bersama. Senyum, semangat, sapa, salam,
sedih , suka, duka, sayang dan cinta mewarnai petualangan mereka.
Cerita
ini dimulai sangat jauh, jauh sekali. Sudah jangan dipikirkan nanti kejauhan.
Hehe. Kisah ini dimulai dari awal, sejak mereka dilahirkan ke bumi. Tapi,
karena sang penulis tidak sabar untuk menyelesaikan cerita dan ingin
cepat-cepat menerbitkan sebuah buku, maka cerita ini di mulai sejak mereka
mengenal kenikmatan bangku kuliah, baik itu manis, pahit, pokok e mak nyos.
Asyik.!
“Abdul”,
seorang pemuda dari pulau garam, Madura. Menuntut ilmu, menempuh perjalanan
yang jauh. Ia merantau ke bumi Khatulistiwa, Pontianak. Kemudian Ia bertemu
dengan “Zainal”, pemuda yang dilahirkan di daerah yang khas dengan bubur
pedasnya, Sambas.
Petualangan
mereka diisi dengan berbagai macam keanehan dan terkadang berkesan unik,
seperti hal-hal mistik, bertemu makhluk lain,
seperti orang hampir waras alias gila, waria, preman, dan masih banyak
lagi. Dan paling elit didalam cerita adalah unsur CINTA. tunggu dulu, yang ku
maksud “elit” di sini “ekonomi sulit” hehe.
Tidak
hanya itu para pembaca yang budiman. Penulis juga menghadirkan kekayaan budaya
dan panorama dari tempat kedua sahabat itu.
Anda
penasaran…? Bismillah, selamat membaca.
Prolog
Sesendok
kopi, beberapa sendok gula, dan sedikit susu, sudah akrab dan bercampur di dalam
cangkir hijau itu. Perlahan-lahan ku tumpahkan air panas dari dalam teko. Agar
kopi, gula dan susu yang telah bercampur tadi merata dan menghasilkan warna
yang indah.
Suara
dentuman sendok dan gelas berirama merdu membentuk sebuah harmoni nada yang
indah. Asap tipis melayang keluar dari karyaku dan menyusup kedalam lubang
hidungku, menciptakan sebuah semangat yang pasti dan membagkitkan. Sebuah
semangat yang besar, dan mampu menghidupkan setiap asa yang mulai rapuh. Sebuah
semangat, mengingatkanku akan sahabatku, Zainal.
Kakiku
pun perlahan melangkah menuju sebuah ruangan sunyi. Ruang gelap yang sebenarnya
penuh akan warna cerita. Namun tiba-tiba aku melihat sesuatu yang bercahaya
disudut sana. Perlahan aku mendekat, dan... ah!! ternyata gigi emas kakekku.
Kemudian
aku melangkah lagi dan melihat sesuatu yang bergelantungan di atas sana, Oh!
Ternyata itu punyaku yang masih basah, hehe. Di
ruang inilah, kutuliskan semua kisah tentang masa laluku.
Saat itu aku masih berusia remaja. Bermukim di sebuah desa kecil, di ujung pulau Jawa, Sebuah pulau yang menjanjikan banyak garam. Aku terduduk di sebuah kursi reot. Kursi yang sering menjatuhkan serbuk kayu. Wajar, kursi itu berusia sama denganku waktu itu. Aku menatap sebuah lemari besar, yang berada di sudut ruangan. Di sela lemari itu, terselip selembar tiket kapal menuju pulau Kalimantan.
Dua
jam lagi, aku akan meninggalkan pulau garam ini. Sebuah pulau yang telah
melahirkan aku, bersama sejuta kenangan
manis. Wati, Maryam, Susi, Astuti, dan Ujang, semua itu adalah mantan
terindahku, kecuali si Ujang. “Astaghfirullah,,!” maaf Ujang, hamba keceplosan.
Oh, tapi tak apa, inilah sebenarnya ku awali cerita tentang perjalanan hidupku.
Aku yakin akan ada banyak cerita yang menungguku disana, dan akan banyak
Ujang-Ujang yang lain, “Astaghfirullah,,!” kali ini sengaja, Hehe :D.
Bersambung....
0 Komentar