sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Pernah, Jalan Kaki dari Mujahidin ke Kota Baru Ujung

Masakan Tradisional Melayu
SUKARDI, Pontianak


Setelah pulang dari Rumah Adat Melayu Kalimantan Barat, mengikuti workshop sejarah dan nilai budaya Melayu Kalimantan Barat. Saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang budaya Melayu. Semakin kuat keinginan di dalam hati saya  untuk mencari data dan informasi tentang Melayu. Saya mendapat tugas riset dalam bentuk tulisan, tentang masakan tradisional Melayu.
Sukardi, Anak Kayong-Kuliah-Jurnalis


Hari masih gerimis, saya telah tiba di kampus STAIN Pontianak. Duduk sejenak dan berpikir akan menuju ke mana untuk mencari info tentang makanan tradisional Melayu.

Saya berjalan menuju Gazebo (bundaran yang ada di STAIN Pontianak). Di sana ada beberapa mahasiswa yang lagi asyik online. Saya mengobrol dengan kawan yang ada di Gazebo itu dan meminta untuk searching gambar makanan tradisional Melayu. Jujur saja, Saya kurang mengetahui jenis-jenis makanan tradisional Melayu di Indonesia dan Kalimantan Barat khususnya. Jadi, Saya menggunakan jasa Internet untuk mencari gambar yang berhubungan dengan makanan khas Melayu.

Saya berjalan menuju jalan Gajah Mada, namun belum mendapatkan informasi masakan tradisional Melayu. Kembali saya menuju kampus STAIN Pontianak. Saya istirahat sebentar di Masjid STAIN Pontianak sampai waktu sholat Ashar tiba. Saya lanjut jalan lagi menuju jalan Veteran. Sama dengan sebelumnya, saya belum dapat info tentang masakan Melayu. Saya tetap semangat dan sabar, yakin pasti sampai pada tujuan.

Saya pulang ke sekretariat Remaja Mujahidin Gedung Islamic Center komplek Masjid Raya Mujahidin Pontianak. Hati saya masih belum tenang dan penuh rasa penasaran untuk dapat mewawancarai seseorang yang tahu tentang masakan tradisional Melayu. Berselang setengah jam, Saya melanjutkan perjalanan lagi untuk riset ke lapangan. Saya turun dari lantai dua . keluar dari gerbang area masjid mujahidin, rezeki saya lagi mujur, seketika hadir seorang nenek yang keluar dari arah jalan Mujahidin.

Si nenek berjarak 10 meter, bergegas saya menghampiri nenek itu dengan niat bertanya-tanya seputar masakan tradisional Melayu, saya bersiap-siap seperti wartawan profesional, mengaktifkan aplikasi rekaman  di handphone.

Saya langsung mengucapkan salam dan bersalaman,  sebagai tanda hormat kepada nenek itu. Nenek menerima hormatku dan tersenyum. Nenek itu mengira kalau saya hanya ingin lewat dan berpapasan saja. Nenek menyuruh saya berjalan duluan karena beliau berjalan agak pelan. Saya meminta maaf dan menjelaskan maksud dan tujuan saya untuk bertanya-tanya masakan tradisional Melayu. Pas banget nenek itu orang Melayu asli.“Maaf Nek, saya ingin bertanya tentang masakan tradisional Melayu?” saya memulai  pertanyaan kepada nenek.
“Oo.. masakan khas Melayu Nak..” jawab nenek memastikan.
“Apa masakan tradisional Melayu yang nenek ketahui?” saya bertanya dengan fokus.
“Pacri nanas.!”, nenek menjelaskan.
“Cara membuatnya bagaimana Nek?” tanya saya penasaran.
“Nanasnya dipotong-potong. Ada dua macam cara memotongnya. Yang pertama nanas dibelah menjadi empat bagian kemudian dipotong biasa. Yang kedua dipotong kotak-kotak atau berbentuk persegi empat.” papar nenek
“Kemudian bahan-bahannya Nek, apa-apa saja?” tanysaya melanjutkan.
“Nanas sebagai bahan utama, kemudian ada tambahan rempah-rempah khusus. Rempah ini ada dua macam Nak, rempah kering dan rempah basah.” Nenek menjelaskan bahan.
“Unik itu Nek, ada rempah basah dan ada rempah kering. Maksudnya bagaimana Nek?” pertanyaan saya yang terasa semakin seru.
“Rempah Kering itu berupa ketumbar, sahang, kemiri dan cabe kering. Sedangkan rempah basah berupa jahe, lengkuas, kunyit.” jelas nenek.
“Adakah tambahan yang lain Nek?” Tanya lanjutan saya.
“iya Nak, ada. Di tambah santan kelapa dan gula merah agar terasa ada manisnya.
“Aduh.. pasti enak banget rasanya?” saya berkata kagum.

Sebenarnya saya ingin berbicara lebih lama lagi bersama Nenek. Nenek itu bernama Nia, beralamat tinggal di Sepakat. Setelah beberapa menit kami berjalan, datang seorang pria ya mungkin anak atau anggota keluarga dari nenek. Pria itu menjemput nenek pulang kerumah. Saya mengucapkan terimakasih kepada Nenek. Saya bersalaman sebelum berpisah. Nenek mengucapkan selamat, semoga sukses, dan dibarengi senyum tulus dari Nenek.

Saya terus melanjutkan perjalanan hingga tiba di Masjid Al-Jihad. Saya melaksanakan sholat magrib berjemaah. Setelah selesai sholat, saya kepikiran untuk mewawancarai ibu-ibu yang ada di masjid itu. Namun tidak jadi, karena situasi yang kurang tepat, ibu-ibu cepat-cepat pulang karena ada urusan tertentu. Dengan rasa sabar dan optimis, saya yakin mendapatkan info. Saya terus berjalan sampai di wilayah Podomoro. Saya bertanya-tanya kepada orang-orang disekitar situ. Tetapi tidak ada yang tahu tentang masakan tradisional Melayu. Sambil berjalan kaki,  Bundaran di  Kota Baru telah saya lewati. Saya bertanya-tanya di beberapa tempat, masih belum dapat. Saya mencoba masuk Gang , mampir di tiga tempat. Namun saya belum ketemu orang Melayu. Separuh jalan saya putuskan untuk kembali ke jalan semula, yakni jalan Kota Baru.

Berjalan dan terus berjalan pantang menyerah demi mendapatkan info dan pengetahuan tentang masakan tradisional Melayu yang ada di kota Pontianak.  Sampailah Saya di jalan Prof. M. Yamin, tepatnya di seberang jalan yang ada minimarket Mega Mitra. Ada toko pakaian, saya mampir sejenak dan duduk di kursi panjang yang ada didepan toko pakaian itu. Setelah menarik napas dalam-dalam, pikiran segar lagi, semangat semakin kuat. Saya melihat seorang ibu pemilik  toko pakaian itu. Sepertinya orang Melayu, saya mengucapkan salam dan segera masuk ke dalam toko pakaian itu.

“Assalamualaikum Bu, maaf saya mau numpang bertanya tentang masakan tradisional Melayu yang ada di Kalimantan Barat?” tanya saya.
“Oh masakan Melayu. Yang ibu tahu itu pacri nanas.” jawaban pertama ibu itu.
“Bagaiman cara membuatnya Bu,”
“Bahan utamanya nanas, santan, di beri rempah ketumbar, jahe, kalau suka pedas pakai cabe, kalau endak suka masak biasa jak, terus bawang merah, bawang putih dan dikasi gula merah untuk pemanisnya” Jelas ibu itu.“Kemudian Bu, yang berupa kue?” lanjut saya bertanya.
“Kue tradisional , cucur.” jawab ibu.
“Bahan-bahannya Bu?” tanya saya.
“Tepung beras dan gula merah”. ibu memberitahu bahan.
“Apa yang menjadi keunikan dari cucur itu Bu?” saya melanjutkan pertanyaan.
“Yang unik dari kue cucur itu, yakni pada bagian tepi yang bergerigi. Selain itu, ada kue blodar dibuat dari tepung terigu dan gula yang dikembangkan terkebih dahulu. Ketupat yang di bungkus daun kelapa biasanya dibuat pada acara tolak balak. Kemudian Lemang, terbuat dari beras ketan yang di taruh kedalam bambu lemang, diberi santan dan dibakar hingga matang. Kemudian lepat law, terbuat dari ketan. ” Papar ibu itu.

Itulah hasil wawancara saya bersama bu Fadhila. Saya mengucapkan terimakasih atas kesempatan meluangkan waktu beliau untuk saya bertanya-tanya seputar masakan tradisional Melayu.

Begitu banyak masakan tradisional Melayu yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dan mesti kita ketahui dan kita lestarikan. Dari wawancara bersama dua narasumber, saya menjadi banyak pengetahuan tentang masakan tredisional Melayu terutama yang ada dan sering dimasak di Kalimantan Barat. Saya meminta maaf jika terdapat banyak kesalahan didalam penulisan hasil penelitian lapangan ini. Masih banyak lagi makanan tradisional Melayu yang tidak sempat Saya cantumkan karena keterbatasan waktu.


Saya merasa senang bisa mengenal masakan tradisional Melayu, semoga tetap ada dan dilestarikan oleh pemuda generasi penerus. Harapan saya semoga tulisan hasil riset tentang masakan tradisional Melayu yang saya coba ukir ini, walaupun tidak banyak, tapi bisa bermanfaat untuk para pembaca.

Posting Komentar

0 Komentar