Masakan Tradisional
Melayu
SUKARDI, Pontianak
Setelah pulang dari Rumah Adat Melayu Kalimantan Barat,
mengikuti workshop sejarah dan nilai budaya Melayu Kalimantan Barat. Saya
mendapatkan banyak pengetahuan tentang budaya Melayu. Semakin kuat keinginan di
dalam hati saya untuk mencari data dan
informasi tentang Melayu. Saya mendapat tugas riset dalam bentuk tulisan,
tentang masakan tradisional Melayu.
Hari masih gerimis, saya telah tiba di kampus STAIN
Pontianak. Duduk sejenak dan berpikir akan menuju ke mana untuk mencari info
tentang makanan tradisional Melayu.
Saya berjalan menuju Gazebo (bundaran yang ada di STAIN
Pontianak). Di sana ada beberapa mahasiswa yang lagi asyik online. Saya
mengobrol dengan kawan yang ada di Gazebo itu dan meminta untuk searching
gambar makanan tradisional Melayu. Jujur saja, Saya kurang mengetahui
jenis-jenis makanan tradisional Melayu di Indonesia dan Kalimantan Barat
khususnya. Jadi, Saya menggunakan jasa Internet untuk mencari gambar yang
berhubungan dengan makanan khas Melayu.
Saya berjalan menuju jalan Gajah Mada, namun belum
mendapatkan informasi masakan tradisional Melayu. Kembali saya menuju kampus
STAIN Pontianak. Saya istirahat sebentar di Masjid STAIN Pontianak sampai waktu
sholat Ashar tiba. Saya lanjut jalan lagi menuju jalan Veteran. Sama dengan
sebelumnya, saya belum dapat info tentang masakan Melayu. Saya tetap semangat
dan sabar, yakin pasti sampai pada tujuan.
Saya pulang ke sekretariat Remaja Mujahidin Gedung Islamic
Center komplek Masjid Raya Mujahidin Pontianak. Hati saya masih belum tenang
dan penuh rasa penasaran untuk dapat mewawancarai seseorang yang tahu tentang
masakan tradisional Melayu. Berselang setengah jam, Saya melanjutkan perjalanan
lagi untuk riset ke lapangan. Saya turun dari lantai dua . keluar dari gerbang
area masjid mujahidin, rezeki saya lagi mujur, seketika hadir seorang nenek
yang keluar dari arah jalan Mujahidin.
Si nenek berjarak 10 meter, bergegas saya menghampiri nenek
itu dengan niat bertanya-tanya seputar masakan tradisional Melayu, saya
bersiap-siap seperti wartawan profesional, mengaktifkan aplikasi rekaman di handphone.
Saya langsung mengucapkan salam dan bersalaman, sebagai tanda hormat kepada nenek itu. Nenek
menerima hormatku dan tersenyum. Nenek itu mengira kalau saya hanya ingin lewat
dan berpapasan saja. Nenek menyuruh saya berjalan duluan karena beliau berjalan
agak pelan. Saya meminta maaf dan menjelaskan maksud dan tujuan saya untuk
bertanya-tanya masakan tradisional Melayu. Pas banget nenek itu orang Melayu
asli.“Maaf Nek, saya ingin bertanya tentang masakan tradisional
Melayu?” saya memulai pertanyaan kepada
nenek.
“Oo.. masakan khas Melayu Nak..” jawab nenek memastikan.
“Apa masakan tradisional Melayu yang nenek ketahui?” saya
bertanya dengan fokus.
“Pacri nanas.!”, nenek menjelaskan.
“Cara membuatnya bagaimana Nek?” tanya saya penasaran.
“Nanasnya dipotong-potong. Ada dua macam cara memotongnya.
Yang pertama nanas dibelah menjadi empat bagian kemudian dipotong biasa. Yang
kedua dipotong kotak-kotak atau berbentuk persegi empat.” papar nenek
“Kemudian bahan-bahannya Nek, apa-apa saja?” tanysaya
melanjutkan.
“Nanas sebagai bahan utama, kemudian ada tambahan rempah-rempah
khusus. Rempah ini ada dua macam Nak, rempah kering dan rempah basah.” Nenek
menjelaskan bahan.
“Unik itu Nek, ada rempah basah dan ada rempah kering.
Maksudnya bagaimana Nek?” pertanyaan saya yang terasa semakin seru.
“Rempah Kering itu berupa ketumbar, sahang, kemiri dan cabe
kering. Sedangkan rempah basah berupa jahe, lengkuas, kunyit.” jelas nenek.
“Adakah tambahan yang lain Nek?” Tanya lanjutan saya.
“iya Nak, ada. Di tambah santan kelapa dan gula merah agar
terasa ada manisnya.
“Aduh.. pasti enak banget rasanya?” saya berkata kagum.
Sebenarnya saya ingin berbicara lebih lama lagi bersama
Nenek. Nenek itu bernama Nia, beralamat tinggal di Sepakat. Setelah beberapa
menit kami berjalan, datang seorang pria ya mungkin anak atau anggota keluarga
dari nenek. Pria itu menjemput nenek pulang kerumah. Saya mengucapkan
terimakasih kepada Nenek. Saya bersalaman sebelum berpisah. Nenek mengucapkan
selamat, semoga sukses, dan dibarengi senyum tulus dari Nenek.
Saya terus melanjutkan perjalanan hingga tiba di Masjid
Al-Jihad. Saya melaksanakan sholat magrib berjemaah. Setelah selesai sholat,
saya kepikiran untuk mewawancarai ibu-ibu yang ada di masjid itu. Namun tidak
jadi, karena situasi yang kurang tepat, ibu-ibu cepat-cepat pulang karena ada
urusan tertentu. Dengan rasa sabar dan optimis, saya yakin mendapatkan info.
Saya terus berjalan sampai di wilayah Podomoro. Saya bertanya-tanya kepada
orang-orang disekitar situ. Tetapi tidak ada yang tahu tentang masakan
tradisional Melayu. Sambil berjalan kaki,
Bundaran di Kota Baru telah saya
lewati. Saya bertanya-tanya di beberapa tempat, masih belum dapat. Saya mencoba
masuk Gang , mampir di tiga tempat. Namun saya belum ketemu orang Melayu.
Separuh jalan saya putuskan untuk kembali ke jalan semula, yakni jalan Kota Baru.
Berjalan dan terus berjalan pantang menyerah demi mendapatkan
info dan pengetahuan tentang masakan tradisional Melayu yang ada di kota
Pontianak. Sampailah Saya di jalan Prof.
M. Yamin, tepatnya di seberang jalan yang ada minimarket Mega Mitra. Ada toko
pakaian, saya mampir sejenak dan duduk di kursi panjang yang ada didepan toko
pakaian itu. Setelah menarik napas dalam-dalam, pikiran segar lagi, semangat
semakin kuat. Saya melihat seorang ibu pemilik
toko pakaian itu. Sepertinya orang Melayu, saya mengucapkan salam dan
segera masuk ke dalam toko pakaian itu.
“Assalamualaikum Bu, maaf saya mau numpang bertanya tentang
masakan tradisional Melayu yang ada di Kalimantan Barat?” tanya saya.
“Oh masakan Melayu. Yang ibu tahu itu pacri nanas.” jawaban
pertama ibu itu.
“Bagaiman cara membuatnya Bu,”
“Bahan utamanya nanas, santan, di beri rempah ketumbar, jahe,
kalau suka pedas pakai cabe, kalau endak suka masak biasa jak, terus bawang
merah, bawang putih dan dikasi gula merah untuk pemanisnya” Jelas ibu itu.“Kemudian Bu, yang berupa kue?” lanjut saya bertanya.
“Kue tradisional , cucur.” jawab ibu.
“Bahan-bahannya Bu?” tanya saya.
“Tepung beras dan gula merah”. ibu memberitahu bahan.
“Apa yang menjadi keunikan dari cucur itu Bu?” saya
melanjutkan pertanyaan.
“Yang unik dari kue cucur itu, yakni pada bagian tepi yang
bergerigi. Selain itu, ada kue blodar dibuat dari tepung terigu dan gula yang
dikembangkan terkebih dahulu. Ketupat yang di bungkus daun kelapa biasanya
dibuat pada acara tolak balak. Kemudian Lemang, terbuat dari beras ketan yang
di taruh kedalam bambu lemang, diberi santan dan dibakar hingga matang.
Kemudian lepat law, terbuat dari ketan. ” Papar ibu itu.
Itulah hasil wawancara saya bersama bu Fadhila. Saya
mengucapkan terimakasih atas kesempatan meluangkan waktu beliau untuk saya
bertanya-tanya seputar masakan tradisional Melayu.
Begitu banyak masakan tradisional Melayu yang menjadi ciri
khas bangsa Indonesia dan mesti kita ketahui dan kita lestarikan. Dari
wawancara bersama dua narasumber, saya menjadi banyak pengetahuan tentang
masakan tredisional Melayu terutama yang ada dan sering dimasak di Kalimantan
Barat. Saya meminta maaf jika terdapat banyak kesalahan didalam penulisan hasil
penelitian lapangan ini. Masih banyak lagi makanan tradisional Melayu yang
tidak sempat Saya cantumkan karena keterbatasan waktu.
Saya merasa senang bisa mengenal masakan tradisional Melayu,
semoga tetap ada dan dilestarikan oleh pemuda generasi penerus. Harapan saya
semoga tulisan hasil riset tentang masakan tradisional Melayu yang saya coba
ukir ini, walaupun tidak banyak, tapi bisa bermanfaat untuk para pembaca.
0 Komentar