sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Pontianak Kota Wisata Paling Menarik Di Indonesia

Pesona Istana Qadriyah Pontianak

SUKARDI, Pontianak

Sepoi-sepoi angin Sungai Kapuas menyentuh ragaku, di sela-sela perjalanan menuju Istana Qadriyah Pontianak. Sebuah gerbang besar, berwarna kuning, tepat di persimpangan Tanjung Raya, menyapaku dengan gagah dan penuh wibawa. Sapaan itu seperti diucapkan langsung oleh Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadri. 




Istana Qadriyah Pontianak
Dok. Sukarditb76.blospot.com


Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadri bin Sayyid Al-habib Husein Al-kadri Jamalulail, yang kemudian terkenal dengan sebutan Sultan Syarif  Abdurrahman, lahir di kerajaan Matan (sekarang Ketapang).  Ia dilahirkan hari Senin tanggal 15 Rabiul Awal, pukul 10 siang, tahun 1142 H/1730 M. Anak kedua dari Al-Habib Husein, seorang penyebar Islam dari Arab.

15 menit perjalananku menuju  Kampung Dalam Bugis, Tanjung Raya 1, Pontianak Timur.  Tak terasa, sepeda motorku si Biboy telah menapakkan rodanya di parkiran, tepat di samping kiri gerbang Istana Qadriyah.

Istana Qadriyah Pontianak, merupakan salah satu situs bersejarah yang ada di Kalimantan Barat. Peradaban Islam dan perjuangan mempertahankan Negara Indonesia dari penjajah  terekam didalam nya. 

Aku segera menuju wajah  istana, sesampainya di gerbang masuk istana, aku mengucapkan salam. Di setiap langkahku, terasa diperhatikan dan disambut oleh para pengawal istana, berseragam lengkap dan memegang tombak tegap. Satu meriam yang posisinya tepat di halaman istana,  menatap tajam dan tegas ke arahku, melambangkan kekuatan dan penjagaan istana.

Istana Qadriyah berdiri gagah di tepian Sungai Kapuas, tempatnya di wilayah Kampong Dalam Bugis, dengan ornamennya kental menyiratkan ciri kerajaan Islam. Selain cat warna kuning khas Melayu, terdapat banyak sekali pahatan bulan dan bintang yang menghiasi sisi Istana. Logo ini tertera dipintu masuk dan dinding kayu, serta di bendera kebesaran yang berkibar di halaman Istana. Kupandang lurus ke arah istana, indah dan damai rasanya

Ruang Istana didominasi warna kuning. Singgasana Raja berwarna keemasan berdiri kokoh, dikelilingi foto para pembesar kerajaan. Terdapat beberapa aksesoris seperti jam duduk tua dan guci-guci keramik. Tampak pula sebuah cermin antik dari Eropa,  yang dinamakan “Kaca Seribu” hadiah kepada sultan ke-6. Terdapat Alquran tulis tangan, yang ditulis pada masa Habib Usman. Ruangan ini masih menyiratkan aura kegagahannya sebagai tempat para petinggi mengambil keputusan.

Lantainya masih papan kayu berlian (Kayu Ulin) yang terkenal akan kekuatannya. Kayu ini dikenal memiliki kekuatan luar biasa, bahkan gergaji biasapun tak akan kuat untuk  memotong batangnya. Pasti kita juga tak akan menemukan ukiran indah berbahan kayu berlian. Konon, jika direndam didalam air bertahun-tahun, kayu berlian akan awet selama puluhan tahun bahkan ratusan tahun.

Keraton Qadriyah merupakan salah satu bentuk peradaban Islam di Pontianak. Keraton Qadriyah menjadi peradaban pertama yang melambangkan bahwa Islam sudah berkembang di Pontianak, pada masa itu  diperkenalkan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri. Pada masa itu, sebelum ia mengenalkan ajaran Islam dan menetap di Pontianak, ia sudah lebih dahulu menetap dikerajaan Mempawah.

Keraton Qadriyah Pontianak berdiri pada 1773, dua tahun setelah masjid Jami’. Merupakan Kesultanan paling muda di Kalimantan Barat.  Setelah Sultan Syarif Abdurrahman membuka negeri, barulah Belada masuk untuk meminta (bernegoisasi) untuk menduduki (menjajah) Kesultanan Pontianak.

Barang-barang di Keraton sudah banyak yang berupa duplikat. Karena hilang pada 1 generasi. Tepatnya pada agresi Jepang, Perang Dunia 2. Barang-barang Keraton diambil oleh Jepang dan banyak cendikiawan muslim yang terbunuh.

Kesultanan Qadriyah  Pontianak dan Kerajaan se-nusantara, memiliki tatanan adat istiadat serupa tapi tak sama. Tak samanya itu, di Pontianak karena bermuara dengan syariat Islam. Segala sesuatu itu menurut aturan Islam. Di Kesultanan Qadriyah Pontianak, terdapat seni yang bernapaskan Islam, yakni Hadrah dan Zapin. Pada Hari Besar Islam,  dirayakan secara besar-besaran. 

Dari segi berpakaian, Keluarga Istana Qadriyah Pontianak, menggunakan pakaian gamis yang tidak berkerah. Setelah sultan ke-6 yakni Sultan Syarif Muhammad Al-kadri bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie, barulah boleh menggunakan pakaian modern sesuai perkembangan zaman. Beliau menyesuaikan keadaan negeri. Sultan Syarif Muhammad Al-Kadri disebut juga Sultan Pembeharuan. Pada agenda tertentu, Keluarga Istana mengenakan pakaian kerajaan, seperti ketika melaksanakan upacara adat. 

Semua informasi di atas,  aku dapatkan langsung dari Pak Simon, dengan nama asli Syarif Selamat Joesoef Alkadrie. "Simon" nama yang melekat pada beliau ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, pada masa Belanda, disematkan oleh Sultan Hamid II. 

Pak Simon  ketua umum Pangeran Bendahara di Istana Qadriyah Pontianak. Ibu Pak Simon bernama Syarifah Khadijah Al-Kadri memiliki gelar Ratu Perbu Wijaya. Kakek Pak Simon bernama Sultan Syarif Muhammad Al-kadrie, Sultan ke-6 di Keraton Pontianak.  Istri  Pak Simon bernama Syarifah Zainab binti Agil Assegaf. Dikaruniai anak tiga perempuan dan satu laki-laki. Syarifah Yusufia Alkadrie, Syarif Yusuf Alkadrie (Alm), Syarifah Fadlun Alkadrie, dan yang bungsu bernama Syarifah Syafina Alkadrie.

Pada 23 Oktober 2016, Kota Pontianak memasuki usia 245 tahun. Ayo beramai-ramai ke Istana Qadriyah Pontianak, pelajari sejarah untuk masa depan  yang cerah. Selain Keraton Qadriyah Pontianak, juga terdapat tempat-tempat menarik lainnya di Pontianak. Anda bisa memantaunya dengan mengetik Pontianak Kota Wisata Paling Menarik di Indonesia di mesin pencarian. Selain menemukan tempat wisata menarik, Berita Terbaru dan Informasi Terkini di Kota Pontianak bisa anda nikmati.


Tulisan ini didukung oleh:

The Warna Indonesia ( http://www.sepatumotif.com/
Rental Mobil Pontianak ( http://rentalmobilpontianak.my.id/ )
Produk Oriflame @onlinekatalog 






Posting Komentar

0 Komentar