Pesona Istana Qadriyah
Pontianak
SUKARDI,
Pontianak
Sepoi-sepoi angin Sungai Kapuas
menyentuh ragaku, di sela-sela perjalanan menuju Istana Qadriyah Pontianak. Sebuah gerbang besar, berwarna kuning, tepat di persimpangan Tanjung Raya, menyapaku dengan gagah
dan penuh wibawa. Sapaan itu seperti diucapkan langsung oleh Sultan Syarif
Abdurrahman Al-Kadri.
Sultan Syarif Abdurrahman
Al-Kadri bin Sayyid Al-habib Husein Al-kadri Jamalulail, yang kemudian terkenal
dengan sebutan Sultan Syarif
Abdurrahman, lahir di kerajaan Matan (sekarang Ketapang). Ia dilahirkan hari Senin tanggal 15 Rabiul
Awal, pukul 10 siang, tahun 1142 H/1730 M. Anak kedua dari Al-Habib Husein,
seorang penyebar Islam dari Arab.
15
menit perjalananku menuju Kampung Dalam
Bugis, Tanjung Raya 1, Pontianak Timur.
Tak terasa, sepeda motorku si Biboy telah menapakkan rodanya di
parkiran, tepat di samping kiri gerbang Istana Qadriyah.
Istana Qadriyah Pontianak, merupakan salah satu situs bersejarah
yang ada di Kalimantan Barat. Peradaban Islam dan perjuangan mempertahankan
Negara Indonesia dari penjajah terekam didalam nya.
Aku segera menuju wajah istana, sesampainya di gerbang masuk istana, aku mengucapkan salam. Di setiap langkahku, terasa diperhatikan dan disambut oleh
para pengawal istana, berseragam lengkap dan memegang tombak tegap. Satu meriam
yang posisinya tepat di halaman istana,
menatap tajam dan tegas ke arahku, melambangkan kekuatan dan penjagaan
istana.
Istana Qadriyah berdiri gagah di tepian Sungai Kapuas, tempatnya
di wilayah Kampong Dalam Bugis, dengan ornamennya kental menyiratkan ciri
kerajaan Islam. Selain cat warna kuning khas Melayu, terdapat banyak sekali
pahatan bulan dan bintang yang menghiasi sisi Istana. Logo ini tertera dipintu
masuk dan dinding kayu, serta di bendera kebesaran yang berkibar di halaman
Istana. Kupandang lurus ke arah istana, indah dan damai rasanya
Ruang Istana didominasi warna kuning. Singgasana Raja berwarna
keemasan berdiri kokoh, dikelilingi foto para pembesar kerajaan. Terdapat beberapa
aksesoris seperti jam duduk tua dan guci-guci keramik. Tampak pula sebuah
cermin antik dari Eropa, yang dinamakan “Kaca Seribu” hadiah kepada
sultan ke-6. Terdapat Alquran tulis tangan, yang ditulis pada masa Habib
Usman. Ruangan ini masih menyiratkan aura kegagahannya sebagai tempat para
petinggi mengambil keputusan.
Lantainya masih papan kayu berlian (Kayu Ulin) yang terkenal
akan kekuatannya. Kayu ini dikenal memiliki kekuatan luar biasa, bahkan gergaji
biasapun tak akan kuat untuk memotong batangnya. Pasti kita juga tak
akan menemukan ukiran indah berbahan kayu berlian. Konon, jika direndam didalam
air bertahun-tahun, kayu berlian akan awet selama puluhan tahun bahkan ratusan
tahun.
Keraton Qadriyah merupakan salah satu bentuk peradaban Islam di
Pontianak. Keraton Qadriyah menjadi peradaban pertama yang melambangkan bahwa
Islam sudah berkembang di Pontianak, pada masa itu diperkenalkan oleh
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri. Pada masa itu, sebelum ia mengenalkan ajaran
Islam dan menetap di Pontianak, ia sudah lebih dahulu menetap dikerajaan
Mempawah.
Keraton Qadriyah Pontianak berdiri pada 1773, dua tahun setelah masjid
Jami’. Merupakan Kesultanan paling muda di Kalimantan Barat. Setelah
Sultan Syarif Abdurrahman membuka negeri, barulah Belada masuk untuk meminta
(bernegoisasi) untuk menduduki (menjajah) Kesultanan Pontianak.
Barang-barang di Keraton sudah banyak yang berupa duplikat.
Karena hilang pada 1 generasi. Tepatnya pada agresi Jepang, Perang Dunia 2.
Barang-barang Keraton diambil oleh Jepang dan banyak cendikiawan muslim yang
terbunuh.
Kesultanan Qadriyah Pontianak dan Kerajaan se-nusantara, memiliki
tatanan adat istiadat serupa tapi tak sama. Tak samanya itu, di Pontianak karena
bermuara dengan syariat Islam. Segala sesuatu itu menurut aturan Islam. Di Kesultanan Qadriyah Pontianak, terdapat seni yang bernapaskan Islam, yakni Hadrah dan Zapin. Pada Hari Besar Islam, dirayakan secara besar-besaran.
Dari segi berpakaian, Keluarga Istana Qadriyah Pontianak, menggunakan pakaian gamis yang tidak
berkerah. Setelah sultan ke-6 yakni Sultan Syarif Muhammad Al-kadri bin
Sultan Syarif Yusuf Alkadrie, barulah boleh menggunakan pakaian
modern sesuai perkembangan zaman. Beliau menyesuaikan keadaan negeri. Sultan Syarif Muhammad
Al-Kadri disebut juga Sultan Pembeharuan. Pada agenda tertentu, Keluarga Istana mengenakan
pakaian kerajaan, seperti ketika melaksanakan upacara adat.
Semua informasi di atas, aku dapatkan langsung dari Pak Simon, dengan nama asli Syarif Selamat Joesoef Alkadrie. "Simon" nama yang melekat pada beliau ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, pada masa Belanda, disematkan oleh Sultan Hamid II.
Pak Simon ketua umum Pangeran Bendahara di Istana Qadriyah Pontianak. Ibu Pak Simon bernama Syarifah Khadijah Al-Kadri memiliki gelar Ratu Perbu Wijaya. Kakek Pak Simon bernama Sultan Syarif Muhammad Al-kadrie, Sultan ke-6 di Keraton Pontianak. Istri Pak Simon bernama Syarifah Zainab binti Agil Assegaf. Dikaruniai anak tiga perempuan dan satu laki-laki. Syarifah Yusufia Alkadrie, Syarif Yusuf Alkadrie (Alm), Syarifah Fadlun Alkadrie, dan yang bungsu bernama Syarifah Syafina Alkadrie.
Pada 23 Oktober 2016, Kota Pontianak memasuki usia 245 tahun. Ayo beramai-ramai ke Istana Qadriyah Pontianak, pelajari sejarah untuk masa depan yang cerah. Selain Keraton Qadriyah Pontianak, juga terdapat tempat-tempat
menarik lainnya di Pontianak. Anda bisa memantaunya dengan mengetik Pontianak Kota Wisata Paling Menarik di Indonesia di mesin pencarian. Selain menemukan tempat
wisata menarik, Berita Terbaru dan Informasi Terkini di Kota Pontianak bisa anda nikmati.
Semua informasi di atas, aku dapatkan langsung dari Pak Simon, dengan nama asli Syarif Selamat Joesoef Alkadrie. "Simon" nama yang melekat pada beliau ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, pada masa Belanda, disematkan oleh Sultan Hamid II.
Pak Simon ketua umum Pangeran Bendahara di Istana Qadriyah Pontianak. Ibu Pak Simon bernama Syarifah Khadijah Al-Kadri memiliki gelar Ratu Perbu Wijaya. Kakek Pak Simon bernama Sultan Syarif Muhammad Al-kadrie, Sultan ke-6 di Keraton Pontianak. Istri Pak Simon bernama Syarifah Zainab binti Agil Assegaf. Dikaruniai anak tiga perempuan dan satu laki-laki. Syarifah Yusufia Alkadrie, Syarif Yusuf Alkadrie (Alm), Syarifah Fadlun Alkadrie, dan yang bungsu bernama Syarifah Syafina Alkadrie.
Pada 23 Oktober 2016, Kota Pontianak memasuki usia 245 tahun. Ayo beramai-ramai ke Istana Qadriyah Pontianak, pelajari sejarah untuk masa depan yang cerah.
Tulisan ini didukung oleh:
The Warna Indonesia ( http://www.sepatumotif.com/)
Rental Mobil Pontianak ( http://rentalmobilpontianak.my.id/ )
Roti Kap Makanan Khas Pontianak (http://www.andriyani.web.id/2016/09/roti-kap-khas-pontianak.html)
Produk Oriflame @onlinekatalog
0 Komentar