sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Fokus Pada Solusi


Fokus  Pada Solusi

Oleh: Sukardi (Adi TB)
 
“Banyak ilmu dan banyak relasi, seharusnya mampu menciptakan banyak penyelesaian, bukan menciptakan banyak perdebatan”.

Itulah kalimat yang keluar dari hati kecil saya. Kalimat tersebut mengacu kepada mereka yang tampak cerdas atau memang cerdas, namun tidak kuat membendung emosi, tidak mampu mengontrol sosial, apalagi ingin membuat suatu perubahan yang menjadi keinginan bersama.
 
Ilustrasi: taufik79.files.wordpress.com

Pada kasus ini, saya persempit lingkupnya dan tertuju kepada organisasi kampus di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Namun, kalimat saya di atas, juga dapat disandingkan kepada elemen-elemen pemerintah saat ini, yang begitu berantakan.

Telah menjadi fitrah, di dalam diri seseorang memiliki karakter yang berbeda-beda. Begitu pula suatu organisasi, juga memiliki karakter dan aturan yang berbeda-beda.  Tentang suatu perbedaan, Allah SWT menerangkan dalam surah Al-Hujurat, ayat 13, yang artinya, Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Jadi, dari perbedaan tersebut, marilah menjadikannya suatu ajang untuk saling mengenal, memahami, dan bekerjasama, baik dalam hal pembangunan, mengontrol linkungan, ekonomi, pendidikan dan sebagainya, kecuali yang berhubungan dengan akidah.

Adapun fakta yang terjadi di lapangan saat ini, contoh kecilnya di kampus, antar organisasi masih sering terjadi gesekan, singgungan, pecah belah, ingin menguasai, bahkan berani menjatuhkan. Lingkup IAIN, yang notabene berbasis agama, karakter mahasiswanya masih penuh ego yang tidak terbendung, bagaimana mau mewujudkan IAIN Pontianak yang membawa kebaikan untuk kearifan lokal Kalbar?,  di sini kita belajar, sebelum keluar ke dunia yang sesungguhnya. Ibarat telur yang nantinya akan menetas, yang menjadi pilihan ialah yang berkualitas. 

Terkait hal di atas, ada delapan solusi yang saya tawarkan.
Pertama, buatlah suatu forum yang bisa mempersatukan semua organisasi, apabila ada masalah, selesaikan secara kekeluargaan.
Kedua, tingkatkan rasa persaudaraan dan meningkatkan kualitas organisasi pribadi untuk kampus IAIN Pontianak bersama.
Ketiga, perkuat silaturahmi, dengan sering bertemu dan berdiskusi, maka rasa kenal semakin besar dan lebih mudah memahami perbedaan satu dan lainnya.
Keempat, adakan ajang adu kecerdasan dan keahlian pada bidang tertentu, di mana hal ini akan bermanfaat bagi anggota dan organisasi, karena menyalurkan bakat dengan cara yang benar.
Kelima, meletakkan perbedaan sebagai suatu yang istimewa dan dijaga.
Keenam, tidak fanatik terhadap organisasinya sendiri, namun berusahalah mengenal organisasi lain.
Ketujuh, mencari oknum-oknum yang suka mengadu domba dan membawa kabar tidak baik antar organisasi.
Kedelapan, ingat kembali fungsi mahasiswa berorganisasi, yakni mencari pengalaman, melatih diri dan memperkuat mahasiswa yang menjadi penengah antara pemerintah dan rakyat, benar-benar menjadi agen perubahann dan agen kontrol sosial yang sebenarnya, seperti cita-cita pemuda pejuang bangsa terdahulu. 

Harapan saya, kepada mahasiswa IAIN Pontianak khususnya, mampu menciptakan suatu kekompakan, tidak memandang perbedaan sebagai suatu ancaman. Mari hidupkan suasana kampus yang kondusif, dengan membawa kelebihan dan pengetahuan dari masing-masing organisasi, baik internal maupun eksternal kampus. Mari kita menjadi satu-kesatuan yang kokoh dan menjadi panutan untuk kampus-kampus di luar sana. 

Berbanggalah sebagai mahasiswa IAIN Pontianak, ketika banyak masalah, banyak beban pikiran, banyak tujuan, banyak perbedaan, ciptakanlah penyelesaian yang baik dan fokus pada solusi.

Posting Komentar

0 Komentar