Fokus Pada Solusi
Oleh: Sukardi (Adi
TB)
“Banyak ilmu dan banyak relasi,
seharusnya mampu menciptakan banyak penyelesaian, bukan menciptakan banyak
perdebatan”.
Itulah kalimat
yang keluar dari hati kecil saya. Kalimat tersebut mengacu kepada mereka yang
tampak cerdas atau memang cerdas, namun tidak kuat membendung emosi, tidak
mampu mengontrol sosial, apalagi ingin membuat suatu perubahan yang menjadi
keinginan bersama.
Pada kasus ini,
saya persempit lingkupnya dan tertuju kepada organisasi kampus di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Pontianak. Namun, kalimat saya di atas, juga dapat disandingkan kepada
elemen-elemen pemerintah saat ini, yang begitu berantakan.
Telah menjadi
fitrah, di dalam diri seseorang memiliki karakter yang berbeda-beda. Begitu
pula suatu organisasi, juga memiliki karakter dan aturan yang
berbeda-beda. Tentang suatu perbedaan,
Allah SWT menerangkan dalam surah Al-Hujurat, ayat 13, yang artinya, “Hai manusia, Sesungguhnya
kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Jadi, dari perbedaan
tersebut, marilah menjadikannya suatu ajang untuk saling mengenal, memahami,
dan bekerjasama, baik dalam hal pembangunan, mengontrol linkungan, ekonomi,
pendidikan dan sebagainya, kecuali yang berhubungan dengan akidah.
Adapun fakta yang terjadi di
lapangan saat ini, contoh kecilnya di kampus, antar organisasi masih sering
terjadi gesekan, singgungan, pecah belah, ingin menguasai, bahkan berani
menjatuhkan. Lingkup IAIN, yang notabene berbasis agama, karakter mahasiswanya
masih penuh ego yang tidak terbendung, bagaimana mau mewujudkan IAIN Pontianak
yang membawa kebaikan untuk kearifan lokal Kalbar?, di sini kita belajar, sebelum keluar ke dunia
yang sesungguhnya. Ibarat telur yang nantinya akan menetas, yang menjadi pilihan
ialah yang berkualitas.
Terkait
hal di atas, ada delapan solusi yang
saya tawarkan.
Pertama, buatlah
suatu forum yang bisa mempersatukan semua organisasi, apabila ada masalah,
selesaikan secara kekeluargaan.
Kedua,
tingkatkan rasa persaudaraan dan meningkatkan kualitas organisasi pribadi untuk
kampus IAIN Pontianak bersama.
Ketiga,
perkuat silaturahmi, dengan sering bertemu dan berdiskusi, maka rasa kenal
semakin besar dan lebih mudah memahami perbedaan satu dan lainnya.
Keempat,
adakan ajang adu kecerdasan dan keahlian pada bidang tertentu, di mana hal ini
akan bermanfaat bagi anggota dan organisasi, karena menyalurkan bakat dengan
cara yang benar.
Kelima,
meletakkan perbedaan sebagai suatu yang istimewa dan dijaga.
Keenam, tidak
fanatik terhadap organisasinya sendiri, namun berusahalah mengenal organisasi
lain.
Ketujuh, mencari
oknum-oknum yang suka mengadu domba dan membawa kabar tidak baik antar
organisasi.
Kedelapan, ingat kembali fungsi mahasiswa berorganisasi, yakni mencari pengalaman,
melatih diri dan memperkuat mahasiswa yang menjadi penengah antara pemerintah
dan rakyat, benar-benar menjadi agen perubahann dan agen kontrol sosial yang
sebenarnya, seperti cita-cita pemuda pejuang bangsa terdahulu.
Harapan saya, kepada
mahasiswa IAIN Pontianak khususnya, mampu menciptakan suatu kekompakan, tidak
memandang perbedaan sebagai suatu ancaman. Mari hidupkan suasana kampus yang
kondusif, dengan membawa kelebihan dan pengetahuan dari masing-masing
organisasi, baik internal maupun eksternal kampus. Mari kita menjadi
satu-kesatuan yang kokoh dan menjadi panutan untuk kampus-kampus di luar sana.
Berbanggalah sebagai
mahasiswa IAIN Pontianak, ketika banyak masalah, banyak beban pikiran, banyak
tujuan, banyak perbedaan, ciptakanlah penyelesaian yang baik dan fokus pada
solusi.
0 Komentar