sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

ASAP

Apa ini?  Apa yang terjadi di Kota Khatulistiwa yang permai dan indah ini? Kota yang mendapat slogan sebagai kota bersinar, mengapa tiba-tiba menjadi kota gelap,  menyesakkan pernapasan. Mengapa terjadi gelap dalam putih?
Itulah kata-kata yang muncul, sembari aku berjalan menyusuri sungai Kapuas. Keraton yang biasanya kelihatan dari uncak jembatan Kapuas, namun mengapa pagi ini ia menghilang? Siapa yang menyembunyikannya? Mengapa mereka berani? apakah mereka tidak tahu, keraton itu milik masyarakat Indonesia?
“Ha ha, akulah yang menyembunyikannya. Apakah kalian tidak suka?” seketika
terdengar suara yang mengusik lamunanku, membuyarkan semua gumamanku tentang apa yang sedang terjadi di rantauanku ini.
“Siapa kamu?” tanyaku sembari mencari sumber suara itu.
“Mengapa kamu tidak mengenalku? Ataukah kamu berpura-pura?” ucap suara misterius itu.
“Aku sungguh tidak mengenalmu” jawabku.
Suasana menjadi hening sejenak.
“Akulah Asap” akhirnya suara misterius tadi memberitahukan siapa dia sebenarnya.
 “Oww, ternyata kamu yang selama ini membuat orang menutup hidung? Mereka merasa terganggu akan kehadiranmu. Mereka sering menyebut-nyebut namamu” jelasku padanya.
“Haha, mungkin mereka pengagumku. Buktinya, setiap tahun mereka selalu mengundangku”
“Siapa yang mengundangmu?, dan kenapa kamu bisa beramai-ramai datang ke bumi?” tanyaku padanya penasaran.
“Aku ada dan berada di sekitar kalian, karena diantara kalian ada yang memanggilku” kata asap dengan nada tinggi.
“O begitu, benarkah apa yang kamu katakan itu?” tanyaku lagi seolah tak percaya dengan apa yang ia katakana.
“Iya benar.” Ucapnya meyakinkan.
Aku sungguh tidak mampu berdampingan denganmu, napasku menjadi sesak, sahabatku yang bernama udara menjadi tidak segar. Kalian terlalu ramai. Kondisi kota dan desa menjadi tidak nyaman. Kalian banyak dibicarakan di media sosial, dari mulut ke mulut, dari seluruh penjuru negeri, kalian menjadi musuh untuk kesehatan bangsa kami.
Namun kami sadar, semua ini bukan suatu sebab yang muncul dari kalian sendiri, ini adalah perbuatan jahil dan tidak bertanggung jawab dari sesama kami. Sungguh benar yang dikatakan di dalam kitab Yang Maha Kuasa, bahwa kerusakan di bumi, akibat ulah manusia.
Wahai asap, jika boleh aku meminta seuatu padamu, segera kembali ke markas kalian ya, semoga sang hujan lekas turun, memberikan kabar gembira dan kami  bisa bernapas lega.
Itulah percakapanku dengan asap. Mereka saat ini menjadi penghuni bumi. Manusialah yang memanggilnya. Manusia yang tidak memiliki hati nurani, sengaja membakar hutan. Semoga Asap tidak tersinggung dengan kata-kataku. Semua memang salah manusia.

Penulis: Sukardi (Adi TB)


Posting Komentar

0 Komentar