Apa ini? Apa yang terjadi
di Kota Khatulistiwa yang permai dan indah ini? Kota yang mendapat slogan
sebagai kota bersinar, mengapa tiba-tiba menjadi kota gelap, menyesakkan pernapasan. Mengapa terjadi gelap
dalam putih?
Itulah kata-kata yang muncul, sembari aku berjalan menyusuri
sungai Kapuas. Keraton yang biasanya kelihatan dari uncak jembatan Kapuas,
namun mengapa pagi ini ia menghilang? Siapa yang menyembunyikannya? Mengapa
mereka berani? apakah mereka tidak tahu, keraton itu milik masyarakat
Indonesia?
“Ha ha, akulah yang menyembunyikannya. Apakah kalian tidak
suka?” seketika
terdengar suara yang mengusik lamunanku, membuyarkan semua
gumamanku tentang apa yang sedang terjadi di rantauanku ini.
“Siapa kamu?” tanyaku sembari mencari sumber suara itu.
“Mengapa kamu tidak mengenalku? Ataukah kamu berpura-pura?”
ucap suara misterius itu.
“Aku sungguh tidak mengenalmu” jawabku.
Suasana menjadi hening sejenak.
“Akulah Asap” akhirnya suara misterius tadi memberitahukan
siapa dia sebenarnya.
“Oww, ternyata kamu
yang selama ini membuat orang menutup hidung? Mereka merasa terganggu akan
kehadiranmu. Mereka sering menyebut-nyebut namamu” jelasku padanya.
“Haha, mungkin mereka pengagumku. Buktinya, setiap tahun
mereka selalu mengundangku”
“Siapa yang mengundangmu?, dan kenapa kamu bisa
beramai-ramai datang ke bumi?” tanyaku padanya penasaran.
“Aku ada dan berada di sekitar kalian, karena diantara
kalian ada yang memanggilku” kata asap dengan nada tinggi.
“O begitu, benarkah apa yang kamu katakan itu?” tanyaku lagi
seolah tak percaya dengan apa yang ia katakana.
“Iya benar.” Ucapnya meyakinkan.
Aku sungguh tidak mampu berdampingan denganmu, napasku
menjadi sesak, sahabatku yang bernama udara menjadi tidak segar. Kalian terlalu
ramai. Kondisi kota dan desa menjadi tidak nyaman. Kalian banyak dibicarakan di
media sosial, dari mulut ke mulut, dari seluruh penjuru negeri, kalian menjadi
musuh untuk kesehatan bangsa kami.
Namun kami sadar, semua ini bukan suatu sebab yang muncul
dari kalian sendiri, ini adalah perbuatan jahil dan tidak bertanggung jawab
dari sesama kami. Sungguh benar yang dikatakan di dalam kitab Yang Maha Kuasa,
bahwa kerusakan di bumi, akibat ulah manusia.
Wahai asap, jika boleh aku meminta seuatu padamu, segera
kembali ke markas kalian ya, semoga sang hujan lekas turun, memberikan kabar
gembira dan kami bisa bernapas lega.
Itulah percakapanku dengan asap. Mereka saat ini menjadi
penghuni bumi. Manusialah yang memanggilnya. Manusia yang tidak memiliki hati
nurani, sengaja membakar hutan. Semoga Asap tidak tersinggung dengan
kata-kataku. Semua memang salah manusia.
Penulis: Sukardi (Adi TB)
0 Komentar