Con Locon Ala Sukardi (Adi TB)
KKU: Kacong Kayong Utara
Menjadi
seorang comica, atau pelawak yang lagi trend sekarang ini, yaitu stand up
comedy, sudah menjadi mimpi dan khayalan saya semenjak dari kampung. Setelah
berada di kota rantauan, Pontianak, saya juga semakin semangat dan bergebu-gebu
untuk jadi comica, melihat di Pontianak ada sarana yang menunjang, serta
peminat stand up comedy pun banyak. Tahun 2014 akhir, di Pontianak ada seleksi
SUCI 5, stand up comedi Indonesia, yang diadakan oleh tv swasta, Kompas TV. Tapi
saya belum siap untuk ikut. Dan pada tahun 2015 ini, saya menunggu SUCI 6,
doakan saya panjang umur, dan bisa ikut ajang bergengsi tersebut.
Hari
ini, Jumat 5 Juni 2015, Alhamdulillah, saya bisa ikut lomba stand up comedi
untuk yang pertama kali. Lomba ini bernama Pekan FTIK mencari bakat, diadakan
oleh Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, di halaman FTIK IAIN Pontianak.
Berlangsung dengan seru dan diikuti oleh 12 peserta, dengan gaya khas
masing-masing peserta, mampu mengguncang tawa para penonton dan dewan juri.
Saya
memang suka menonton film serta tayangan berhubungan dengan komedi, seperti
film Warkop DKI, Audisi pelawak TPI (API), SUCI, SKETSA, Malam Minggu Miko, dan
banyak lagi. Itu semua memompa darah lawakan pada diri saya. Buku komik dan
tulisan gokil lainnya menjadi bumbu sarapan komedi dalam hidup saya.
Di
bawah ini, materi stand up comedy pertama saya, selamat membaca..
Pekan FTIK Mencari Bakat
Lomba: Stand Up Comedy
IAIN Pontianak, Jumat, 05 Juni 2015
Calon Comica: Sukardi (Adi TB)
Tema: Pendidikan
Judul: Media Pendidikan di Zaman Batulisasi
Karya: Sukardi (Adi TB)
#Opening
Assalamualaikum…
Kenalin…nama
saya Adi TB, mantap kan?. Kawan-kawan saya banyak yang penasaran dengan
singkatan “TB” pada nama saya ini. Karena saya baik hati dan rupawan, alias
rupanya perawan, saya beri mereka kebebasan untuk menebak TB. Ada yang membuat
saya senang, mereka katakan TB itu Teman Baik.
Ada yang membuat saya senyum-senyum, mereka katakan TB itu Tata Busana,
faktanya saya mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam. Terakhir, yang ini
bikin saya lapar, mereka katakan TB itu Tempe Bacem.
Ada
yang tau TB itu apa? (menunggu audiens itu koor: “….”)
Tak
mungkin ada yang tau, la wong orang tua saya saja tidak saya kasi tau. Ya udah,
biar tau sama tau, pada kesempatan yang luar biasa ini, saya mau kasi tau. TB
itu singkatan dari Teluk Batang, kecamatan di Kabupaten Kayong Utara, daerah
saya berasal.
Ini
kali pertama saya mengikuti seten up comedy, awalnya saya tidak mengerti, saya
jabarkan perkata, stand berdiri, up atas, comedy ngelucu, kayaknya rancu.
Akhirnya saya coba apa yang pernah dilakukan sebagian mahasiswa ketika mendapat
tugas, mereka menemui dukun, bukan dukun dunia nyata, ini dukun di dunia maya,
mbah google. setelah searching di google, ternyata stand up comedy itu kalau di
negara saya sebut con locon.
Awal
ke Pontianak, status saya tuna asmara, alias jomblo. Saya buka FB, udah lama bingit tidak buka FB, sampai ada
sarang lebahnya. Di kolom pencarian, saya ketik #tuna asmara, nongol akun cewek, agak cantik. nama akunnya jenniper
lopez, kalau di Negara saya, Lopez itu kue singkong yang dibungkus pakei daun
pisang, ni lopez untuk cewek cantik. Singkat cerita, kami ketemuan di korem,
ehh ternyata namanya bukan jenniper lopez, tapi Jamal, Jamal Lopez. Haha.
#Isi
Dulu
ketika sekolah, saya terlibat tawuran. Tawurannya beda dengan zaman sekarang,
asal tawuran aja. Kalo saya ada manajemen tawuran. Teman saya, Robi dibagian
depan, dengan alat berupa balok, saya bagian tengah, perlengkapan batu, dan
yang paling spesial si Aziz bagian konsumsi, membawa nasi bungkus, takutnya pas
bentrok, tiba-tiba lapar.
Waktu
yang dinanti-nanti pun tiba. Keadaan sangat sengit, Robi maju dengan membawa
balok, Aziz maju membawa nasi bungkus. Dan yang teakhir maju saya. Tapi mundur,
cantik-cantik. Ketika saya akan maju, saya mengambil bongkahan batu, saya tatap
batu itu. Eh, batu kecubung merah dari Ketapang, mahal ni batu. haha
Alhamdulillah,
zaman sekarang sudah berbeda, siswa dan mahasiswanya lebih suka kreatifitas,
seperti ini “FTIK mencari bakat” tepuk tangan untuk FTIK.
Awal
saya sekolah itu tahun 2000. Saya sekolahnya di kampung. Waktu saya sekolah gak
ada istilah uang bangku, uang meja, uang bangungan, uang spp, semuanya serba
gratis, saking gratisnya, sekolah gak pakei kursi. Saya kira waktu SD aja gak
pakai kursi, ternyata sampai sekarang, kadang-kadang lah tak pakei kursi.
Dua
bulan kemudian, kami dapat sumbangan. Bukan kursi, tapi tikar. Hari pertama,
tikar itu langsung kami gunakan, baru
mata pelajaran pertama, tubuh saya gemetaran, bulu kuduk merinding. Pantaslah,
ternyata tikarnya itu bekas bungkus mayat.
Di zaman batulisasi sekarang ini, media
pendidikan bisa menggunakan batu, percaya bisa? jangan percaya, saya lagi
bohong.
Caranya
gini, setiap siswa diwajibkan memakai batu akik yag telah di standarisasi dan
dilegalisasi DisBatNas Dinas Bebatuan Nasional. Misal kelas 6 pake sbatu bacan.
“Anak-anak,
perhatikan batu akik kalian masing-masing. Bukan, bukan batu yang itu nak, batu
yang ada di tangan kalian”
“Sudah
Pak”
“Iya
bagus, kemudian gosok-gosok. Apa yang kalian lihat anak-anak?”
“Cover
Pak”
“Ya
cover. Gosok lagi anak-anak. Lebih kenceng. Apa yang kalian lihat?”
“Daftar
isi Pak”
“Oke,
kita lanjut lagi. Gosok-gosok terus. Ya terus, gosok…. Gosok… gosok… sayang
sekali anak-anak, kalian kurang beruntung.
Suatu
hari, Adik saya pulang sekolah nangis-nangis. Saya tanya, “Kenapa Dek?”
“Di
marah Guru Bang?”
“Lah,
salah mu apa? “
“Gak
ada salah bang”
“Lah,
apa sebabnya kamu kok di marah?”
“Tugas
sudah saya kerjakan Bang. Ketika saya kumpulkan. Si Guru bilang, “Ucup, kamu
gak sopan, kakimu itu jangan di atas meja.”
Saya
jawab “Ini tangan bu”
Guru
bilang lagi “Tu kaki Cup, kalo tangan pakei cincin batu akik” .
#Closing
Sinetron
zaman sekarang, nilai edukasinya rendah. Contohnya film GGS, Ganteng-Ganteng
Sulaiman. Kemaren ada berita, gara-gara nonton GGS, seorang anak kecil membunuh
temannya. Kasihan kan. Di sini lah pendidikan yang salah dari Televisi.
Waspadalah, waspadalah!
Televisi
juga berperan sebagai media pendidikan. Tv itu memiliki 4 fungsi, yakni
informasi, pendidikan, ajakan, dan hiburan. Jadi, kita harus mengontrol
tontonan, sehingga kita bisa menyerap tayangan yang sehat untuk kita dan
anak-anak.
Kita
kan tau, di TV itu tayangan untuk orang dewasa diberi tanda menggunakan huruf,
“D” Dewasa. kemudian BO, bearti Bimbingan Orang tua, ada lagi SU tayangan untuk Semua Umur. Dan yang terakhir ini, susah ditemukan, bahkan belum
ada di channel manapun, yaitu tayangan yang diberi tanda huruf ‘N’, Nak kanak.!
Saya
Adi TB, Terimakasih. Assalamualaikum…
0 Komentar