Pekan Bakti Mahasiswa
Oleh: Sukardi (Adi TB)
Hari dan waktu
sudah berlalu, dengan perlahan, tidak tertahan, dan maju kedepan. Yang telah
dilalui sekarang menjadi sejarah. Kenangan dan kisah hidup terus terekam didalam tulisan.
Sekarang sudah delapan
bulan aku berada di kota Pontianak, merantau untuk kuliah dan mencari
pengalaman, niat ikhlas mengharapkan ridho Allah swt. Membuat orang tua
bahagia.
Pekan Bakti
Mahasiswa (PBM) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak, setiap
tahunnya dan dikhususkan untuk mahasiswa baru, sebagai lanjutan sekaligus
penutup dari kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK).
PBM berbentuk
pengabdian kepada masyarakat, sebagai pengenalan untuk mahasiswa baru. Dengan
waktu seminggu, maka dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberikan yang bisa
diberikan kepada masyarakat, serta menjalankan tri dharma perguruan tinggi,
yakni mengabdi kepada masyarakat. Bisa dikatakan PBM ini seperti Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) namun berbentuk mini atau semi KKL.
18 Februari 2014 panitian PBM mengadakan tehnikal
meeting (TM) di ruang akademik lantai 4, atau dikenal juga dengan gedung
rektorat. Kami mendapat pengarahan dan pembekalan dari panitia Pekan Bakti
Mahasiswa (PBM) 2014.
Panitia mempresentasikan profil desa dan posko yang
akan kami tuju. Sehingga kami mendapat gambaran, serta apa-apa saja yang akan
dilaksanakan. Dengan semangat bercampur bingung, karena masih pengalaman
pertama.
Terbagi menjadi 23 posko dari 400 peserta. Aku
terdaftar di posko 17 sekaligus terpilih menjadi ketua kelompok, sungguh itu
menjadi pengalaman pertama untukku menjadi pemimpin kelompok kegiatan di desa.
Anggotaku ada 18 orang dari berbagai jurusan. Mulai hari itu, mereka terdaftar
dan menjadi keluarga baruku.
20 Februari 2014
Hari yang ditunggu-tunggu, pemberangkatan peserta PBM 2014 akhirnya tiba juga.
Pukul 06.00 wib, peserta dan panitia PBM berkumpul di Alun-alun Kapuas atau
yang dikenal Korem. Kami berkumpul pada Kelompok masing-masing, menerima
pengarahan dari dua mentor yang akan menjadi pendamping kami selama PBM.
Satu persatu dari
23 kelompok memuat perlengkapan dan barag-barang yang akan dibawa. Dari setiap
kelompok hari hanya boleh membawa dua sepeda motor.
Pukul 08.00 wib,
menggunakan Kapal Bukit Raya 1, Aku dan kawan-kawan mahasiswa baru, berangkat
dari dermaga Kapuas menuju Kecamatan
Sungai Ambawang. Semangkin jauh, semakin kecil jarak pandang kami melihat Kapuas. Kapal semakin melaju. Kami
berdoa untuk keselamatan mencapai tujuan.
Sebenarnya bisa
melaui jalur darat dan lebih cepat, namun kami menggunakan jalur laut, karena
banyak barang yang kami bawa, sebagai perlengkapan kami selama PBM.
Didalam kapal,
selama perjalanan, banyak yang dilakukan kawan-kawan, ada yang membaca buku,
melihat pemandangan, mendiskusikan rencana kedepan, membuat catatan kecil,
bermain dengan mata lensa mengambil suasana di kapal dan sekitar, ada yang
mengantuk, ada yang mabuk laut karena tidak terbiasa naik kapal laut, menjadi
pengalaman pertama untuk kawan-kawan yang belum pernah naik kapal laut, seru
banget di kapal.
Perjalanan lumayan
lama, sekitar empat jam. Cuaca terasa sangat panas, gerah , haus, kami rasakan.
Al Badrun teman satu kelompokku merasa kelaparan, sebab ketika berangkat tidak
sempat sarapan.
Pukul 12.00 wib,
kami sampai di dermaga pertama, kemudian kami lanjut lagi menaiki kapal yang
lebih kecil untuk menuju posko.
Pukul 12.30
akhirnya kami sampai di posko yang terletak di dusun Belidak desa Pasak Piang.
Desa tersebut berada di Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Sungguh Desa yang
damai dan tenteram, terasa suasana indah , dihiasi oleh pemandangan dan suasana
desa yang masih sejuk. Pohon-pohon karet menjadi teman di sekeliling kami, beserta
pohon kopi, pohon sawit, singkong, yang menjadi matapencarian warga.
Malam harinya, kami mengikuti acara tahlilan di rumah
Kanda Kholiq, sekaligus pembukaan dan menyampaikan tujuan kami ke desa pasak
piang kepada masyarakat yang hadir di dalam acara tahlilan tersebut. Kata
sambutan yang pertama dari tuan rumah, bapak kholiq, kata sambutan yang kedua
dari mentor 17, kanda lutfi, dan ditutup dengan doa oleh bapak Haji Musieh
selaku tokoh agama di desa pasak piang. Kami melanjutkan breaving atau rapat kecil
di mushola Al-muttaqin, membahas agenda untuk kegiatan esok siang.
Dari segi cuaca, yakni kemarau, menyebabkan kesulitan
mencari air bersih. Hal tersebut menjadi salah satu kendala, kawan-kawan
sesekali mengeluh dan ingin cepat pulang. Namun dengan adanya rasa kebersamaan
kelompok dan saling memotivasi, tumbuh dan ingin menciptakan apa yang bisa di
berikan kepada masyarakat.
21 Februari 2014, hari kedua, kami melakukan
sosialisasi. Di bagi menjadi empat kelompok. kelompok 1 aku, Ilham, Fitri dan
Jamilah Pergi ke rumah pak RT, menanyakan seputar profil desa, sosial dan
budaya. Kelompok kedua Andri, Fadlania, Shelly, Aisyah, Suci menemui kepala
sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Muttaqin, menanyakan pendidikan dan profil
sekolah. Kelompok ketiga, Nahrudin, Al Badrun, Mauliana dan Rahmadani pergi ke
rumah pak dusun, menanyakan seputar ekonomi masyarakat dan peta lokasi.
Kelompok yang keempat, Dendy, Huda, Yadi, Nanda, dan Dita pergi ke rumah Tokoh
Agama.
Kemudian kami ke masjid yang berada di dekat posko 18
untuk melaksanakan sholat jumat. Setelah sholat jumat kami menuju ke rumah Pak
Kholik, menghadiri undangan tahlilan. Selesai tahlilan, aku dan kawan-kawan
pulang ke posko 17.
Malam harinya, aku dan kawan-kawan mengajar ngaji.
Sungguh asyik, aku menjadi teringat di kampung, melihat para santri yang
rata-rata masih anak-anak, seperti santriku di kampung, yang aku tinggalkan
pergi kuliah. Di kampung, aku mendapat tugas untuk membantu guru ngajiku
mengajar di MI Miftahul Ulum, desa Teluk Batang, Kabupaten Kayong Utara.
Para santri di dusun Belidak cerdas, cepat paham
ketika di ajari. Mereka sudah bisa membaca dengan lumayan lancar.
Setelah mengaji, adik-adik yang mengaji saling
berkenalan, lucu dari cara bicara mereka kepada kami. Ada yang kebawaan bahasa
daerah. Setelah itu, aku dan kawan-kawan PBM memperkenalkan diri dan tujuan ke
desa Pasak Piang.
Mengaji dan perkenalan sudah, Adik-adik pulang kerumah
masing-masing, dan kami kembali ke posko, untuk makan malam. Lanjut breaving
dan tidur malam.
22 Februari 2014, hari ketiga, aku dan kawan-kawan
melaksanakan bakti sosial. Kawan-kawan yang cewek membersihkan mushola,
sedangkan kami yang cowok, membersihkan rumput yang ada di jalan dan di parit,
yang kondisinya lagi kering, faktor musim kemarau.
Setelah dzuhur, kami mengajar di sekolah MI
Al-Muttaqin. Sungguh miris dan muncul rasa sedih di hatiku, ketika melihat
kondisi ruang belajar. Dimana dalam satu ruang di tempati oleh dua kelas. Ada
tiga ruangan, sedangkan untuk Taman Kanak-kanak (TK) di posisikan di Mushola. Tidak
ada kantor dan perpustakaan. Kepala sekolah terus berusaha untuk mendapatkan
semua kebutuhan siswa.
Semangat para siswa sangat kuat, kekurangan sarana dan
prasarana tidak menurunkan niat mereka untuk menempa ilmu, meraih masa depan
yang cemerlang. Mereka disiplin, datang selalu awal dan sholat berjemaah di
mushola.
Cara membaca, menulis dan berhitung sudah bisa. Mereka
harus terus di didik dan di kembangkan bakatnya. Secara seni, mereka pada
percaya diri, ada yang bisa menari dan menyanyi sholawat.
Merekalah yang akan menjadi generasi penerus yang
bagus kedepan, memajukan dusun Belidak desa Pasak Piang. Selain mengajar, kami
juga menyampaikan pesan-pesan kepada para siswa untuk motivasi kedepan.
Di sela-sela mengajar, kami peserta PBM, menyampaikan
informasi seputar lomba yang akan kami adakan, selama tiga hari di MI
Al-Muttaqin. Siswa-siswi mendengarkan dengan seksama dan menyambut bersama
antusias yang besar. Mereka lansung mendaftarkan diri sebagai peserta lomba.
Malam harinya kami mengajar ngaji.
23 Februari 2014, hari keempat, agenda kami, bakti
sosial. Kali ini kami menggali sumur di samping mushola Al-Muttaqin. Kemudian
kami silaturahmi kerumah warga. Kami disambut dengan sangat ramah. Saling
berbagi cerita. Kami menanyakan semua aktivitas warga. Manyoritas dari mereka
bekerja dan berpenghasilan dari berkebun karet. Kemudian sawit, serta ada yang
membuat parang.
Kami mampir ke rumah nenek yang bernama Marina,
usianya seratus lebih, namun terlihat masih kuat dan masih bisa bekerja menoreh
karet. Memiliki tiga anak, anak yang tua kerja di arab sebagai TKW, sudah 13
tahun tidak pulang, anaknya hanya mengirimkan uang kepada nenek Marina.
Salah satu dari temanku bertanya kepada nenek, adakah
resep awet muda. Si Nenek hanya tertawa, dan menjadi terhibur dengan pertanyaan
kami berupa candaan tersebut.
Siang harinya, kami mengajar ke madrasah. Malam
harinya ngajar ngaji. Di lanjutkan rapat kecil sebelum menuju pulau seribu
mimpi alias tidur.
24 Februari 2014, hari kelima. Setelah olahraga, kami
dari kelompok 17 pergi silaturahmi ke
kelompok 15, dengan berjalan kaki sekitar 40 menit. Pulangnya kami memetik pakis/paku
untuk di masak buat sayur nanti makan siang. Semenjak ke kota sudah lama tidak
makan sayur pakis.
Setelah dzuhur, di sekolah, kami melaksankan
perlombaan, dengan cabang lomba adzan dan tartil. Para peserta dengan
sungguh-sungguh dan semangat mengikuti perlombaan.
Setelah Ashar, kami melaksanakan baksos, membantu
warga memperbaiki jembatan. Malam harinya mengajar ngaji, dan breaving.
25 Februari 2014, hari keenam, kami menyelesaikan
pembuatan plang. Bakti sosial. Membuat persiapan untuk layar tancap, nonton
bersama warga. Siag harinya melanjutkan perlombaan, dengan cabang lomba hafalan
surah pendek, bacaan sholat dan menggambar. Hanya lima cabang lomba yang kami
perlombakan, dan selesai dengan lancar.
Setelah itu, kami sosialisasi kepada warga untuk
nonton bareng. Biasa di kampung Belidak, kalau ada layar tancap, ramai yang
datang, bahkan ada warga yang memanfaatkan waktu tersebut untuk berdagang
cemilan, makanan dan minuman. Seperti ada dangdutan gitu, hehe.
Kami mengajar ngaji dulu, karena acara nonton
barengnya setelah sholat isyak. Sekitar pukul 19.45 wib, para warga sudah pada
berdatangan ke halaman madrasah, tempat layar tancap. Kami memutar film
Mestakung (semesta mendukung) dan film sejarah perjuangan melawan penjajah
Belanda. Sampai pukul 23.00 wib. Nonton bareng pun selesai.
26 Februari 2014, hari ketujuh. Pemasangan Plang nama
sekolah. Mengajar dan berfoto bersama siswa. Kami berkemas-kemas untuk malam
penutupan. Aku pergi meminjam sound sistem kerumah warga, setelah itu bersama
kawan-kawan kami membuat panggung sederhana. Dengan semangat, akhirnya selesai
juga persiapan untuk malam penutupan.
Malam penutupan diisi dengan berbagai macam rangkaian
acara, sambutan dari perwakilan warga,
kemudian sambutan dari peserta PBM, pada saat itu aku yang mewakili, sekaligus
berpamitan.
Dilanjutkan pengumuman pemenang lomba dan pembagian
hadiah. Serta pemberian kenang-kenangan untuk MI Al-Muttaqin. Walau sangat
sederhana yang mampu kawan-kawan peserta PBM kelompok 17 berikan, mamun momen
yang sangat berkesan itulah yang tidak akan pernah terlupakan.
Selesai semua rangkaian acara, kami salam-salaman
bersama para warga dan murid-murid. Tidak terasa warga seminggu telah berlalu
kami di desa Pasak Piang dusun Belidak, menetes air mata kami. Ketika
bersalaman dengan nenek. Kami meminta maaf jikalau ada salah dan tingkah kami
yang tidak berkenan di hati warga.
Pekan Bakti Mahasiswa yang berjalan selama satu minggu
di Dusun Belidak, Desa Pasak Piang berjalan dengan lancar. Berbagai agenda
terlaksana, sebagaimana tertera didalam
lampiran. Satu minggu terasa cepat, ada salah satu warga yang memberikan
paparan dn menginginkan kami peserta PBM berada di desa tersebut lebih lama
lagi, karena warga merasa ramai dan ada kegiatan nyata yang di aplikasikan oleh
mahasiswa.
Menjadi pengalaman pertama, bagi kami mahasiswa baru
semester 1 dari berbagai jurusan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Pontianak. Kegiatan PBM ini menjadi gambaran kecil, seperti apa keiatan terjun
kepada masyarakat, yang akan kami rasakan nanti setelah semester akhir, atau
yang di kenal dengan Kuliah Kerja Lapangan.
Di desa Pasak Piang, Kami bisa merasakan indahnya
pemandangan, udara dan sosial, panorama pedesaan yang berkesan. Kami bisa mandi
di sungai, bersama adek-adek yang lucu-lucu di desa itu. Ada yang melonjat
dengan semangat dari atas jembatan, terus terjun ke sungai tanpa rasa takut dan
melepaskan semua beban yang ada di pikiran.
27 Februari 2014, hari terakhir kami di dusun Belidak
dan bersiap-siap untuk pulang. Setelah sholat subuh, barang-barang kami sudah
selesai dikemas. Mentor menyuruh kami berkumpul. Bersama tuan rumah, kami
mengucapkan ucapan terima kasih atas pemberian tempat yang sangat bermanfaat
bagi kami.
Berlinang air mata istri pak Hodi, yang sudah
menganggap kami seperti anak sendiri, dan seminggu berada di desa tersebut.
Sungguh akan menjadi kenangan yang tidak akan terlupakan. Terima kasih pak Hodi
dan keluarga. Maafkan kami jika terdapat salah.
Kami memberikan kenang-kenagan kepada pak Hodi dan
keluarga. Kami berjanji akan datang kembali pada lain waktu dan kesempatan yang
di berikan Allah swt, nikmat sempat dan sehat, amin. Sebelum berangkat menuju
dermaga, kami berfoto bersama di depan teras rumah pak Hodi.
Terima kasih Dusun Belidak, Desa Pasak Piang, yang
dengan ramah menyambut kedatangan kami sebagai mahasiswa yang ingin mengabdi,
menjalankan tri dharma perguruan tinggi dalam agenda Pekan Bakti Mahasiswa
(PBM) IAIN Pontianak 2014.
Sampai berjumpa kembali ,Wassalam.
Sukardi (Adi TB) dan kawan-kawan
kelompok 17.
0 Komentar