sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Pekan Bakti Mahasiswa

Pekan Bakti Mahasiswa
Oleh: Sukardi (Adi TB)

Hari dan waktu sudah berlalu, dengan perlahan, tidak tertahan, dan maju kedepan. Yang telah dilalui sekarang menjadi sejarah. Kenangan dan kisah hidup  terus terekam didalam tulisan.              
Sekarang sudah delapan bulan aku berada di kota Pontianak, merantau untuk kuliah dan mencari pengalaman, niat ikhlas mengharapkan ridho Allah swt. Membuat orang tua bahagia.


Pekan Bakti Mahasiswa (PBM) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak, setiap tahunnya dan dikhususkan untuk mahasiswa baru, sebagai lanjutan sekaligus penutup dari kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK).

PBM berbentuk pengabdian kepada masyarakat, sebagai pengenalan untuk mahasiswa baru. Dengan waktu seminggu, maka dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberikan yang bisa diberikan kepada masyarakat, serta menjalankan tri dharma perguruan tinggi, yakni mengabdi kepada masyarakat. Bisa dikatakan PBM ini seperti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) namun berbentuk mini atau semi KKL.
18 Februari 2014 panitian PBM mengadakan tehnikal meeting (TM) di ruang akademik lantai 4, atau dikenal juga dengan gedung rektorat. Kami mendapat pengarahan dan pembekalan dari panitia Pekan Bakti Mahasiswa (PBM) 2014.

Panitia mempresentasikan profil desa dan posko yang akan kami tuju. Sehingga kami mendapat gambaran, serta apa-apa saja yang akan dilaksanakan. Dengan semangat bercampur bingung, karena masih pengalaman pertama.
Terbagi menjadi 23 posko dari 400 peserta. Aku terdaftar di posko 17 sekaligus terpilih menjadi ketua kelompok, sungguh itu menjadi pengalaman pertama untukku menjadi pemimpin kelompok kegiatan di desa. Anggotaku ada 18 orang dari berbagai jurusan. Mulai hari itu, mereka terdaftar dan menjadi keluarga baruku.

20 Februari 2014 Hari yang ditunggu-tunggu, pemberangkatan peserta PBM 2014 akhirnya tiba juga. Pukul 06.00 wib, peserta dan panitia PBM berkumpul di Alun-alun Kapuas atau yang dikenal Korem. Kami berkumpul pada Kelompok masing-masing, menerima pengarahan dari dua mentor yang akan menjadi pendamping kami selama PBM.
Satu persatu dari 23 kelompok memuat perlengkapan dan barag-barang yang akan dibawa. Dari setiap kelompok hari hanya boleh membawa dua sepeda motor.
Pukul 08.00 wib, menggunakan Kapal Bukit Raya 1, Aku dan kawan-kawan mahasiswa baru, berangkat dari dermaga  Kapuas menuju Kecamatan Sungai Ambawang. Semangkin jauh, semakin kecil jarak pandang kami  melihat Kapuas. Kapal semakin melaju. Kami berdoa untuk keselamatan mencapai tujuan.

Sebenarnya bisa melaui jalur darat dan lebih cepat, namun kami menggunakan jalur laut, karena banyak barang yang kami bawa, sebagai perlengkapan kami selama PBM.
Didalam kapal, selama perjalanan, banyak yang dilakukan kawan-kawan, ada yang membaca buku, melihat pemandangan, mendiskusikan rencana kedepan, membuat catatan kecil, bermain dengan mata lensa mengambil suasana di kapal dan sekitar, ada yang mengantuk, ada yang mabuk laut karena tidak terbiasa naik kapal laut, menjadi pengalaman pertama untuk kawan-kawan yang belum pernah naik kapal laut, seru banget di kapal.

Perjalanan lumayan lama, sekitar empat jam. Cuaca terasa sangat panas, gerah , haus, kami rasakan. Al Badrun teman satu kelompokku merasa kelaparan, sebab ketika berangkat tidak sempat sarapan.
Pukul 12.00 wib, kami sampai di dermaga pertama, kemudian kami lanjut lagi menaiki kapal yang lebih kecil untuk menuju posko.

Pukul 12.30 akhirnya kami sampai di posko yang terletak di dusun Belidak desa Pasak Piang. Desa tersebut berada di Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Sungguh Desa yang damai dan tenteram, terasa suasana indah , dihiasi oleh pemandangan dan suasana desa yang masih sejuk. Pohon-pohon karet menjadi teman di sekeliling kami, beserta pohon kopi, pohon sawit, singkong, yang menjadi matapencarian warga.

Malam harinya, kami mengikuti acara tahlilan di rumah Kanda Kholiq, sekaligus pembukaan dan menyampaikan tujuan kami ke desa pasak piang kepada masyarakat yang hadir di dalam acara tahlilan tersebut. Kata sambutan yang pertama dari tuan rumah, bapak kholiq, kata sambutan yang kedua dari mentor 17, kanda lutfi, dan ditutup dengan doa oleh bapak Haji Musieh selaku tokoh agama di desa pasak piang. Kami melanjutkan breaving atau rapat kecil di mushola Al-muttaqin, membahas agenda untuk kegiatan esok siang.
Dari segi cuaca, yakni kemarau, menyebabkan kesulitan mencari air bersih. Hal tersebut menjadi salah satu kendala, kawan-kawan sesekali mengeluh dan ingin cepat pulang. Namun dengan adanya rasa kebersamaan kelompok dan saling memotivasi, tumbuh dan ingin menciptakan apa yang bisa di berikan kepada masyarakat.

21 Februari 2014, hari kedua, kami melakukan sosialisasi. Di bagi menjadi empat kelompok. kelompok 1 aku, Ilham, Fitri dan Jamilah Pergi ke rumah pak RT, menanyakan seputar profil desa, sosial dan budaya. Kelompok kedua Andri, Fadlania, Shelly, Aisyah, Suci menemui kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Muttaqin, menanyakan pendidikan dan profil sekolah. Kelompok ketiga, Nahrudin, Al Badrun, Mauliana dan Rahmadani pergi ke rumah pak dusun, menanyakan seputar ekonomi masyarakat dan peta lokasi. Kelompok yang keempat, Dendy, Huda, Yadi, Nanda, dan Dita pergi ke rumah Tokoh Agama.   
Kemudian kami ke masjid yang berada di dekat posko 18 untuk melaksanakan sholat jumat. Setelah sholat jumat kami menuju ke rumah Pak Kholik, menghadiri undangan tahlilan. Selesai tahlilan, aku dan kawan-kawan pulang ke posko 17.

Malam harinya, aku dan kawan-kawan mengajar ngaji. Sungguh asyik, aku menjadi teringat di kampung, melihat para santri yang rata-rata masih anak-anak, seperti santriku di kampung, yang aku tinggalkan pergi kuliah. Di kampung, aku mendapat tugas untuk membantu guru ngajiku mengajar di MI Miftahul Ulum, desa Teluk Batang, Kabupaten Kayong Utara.
Para santri di dusun Belidak cerdas, cepat paham ketika di ajari. Mereka sudah bisa membaca dengan lumayan lancar.

Setelah mengaji, adik-adik yang mengaji saling berkenalan, lucu dari cara bicara mereka kepada kami. Ada yang kebawaan bahasa daerah. Setelah itu, aku dan kawan-kawan PBM memperkenalkan diri dan tujuan ke desa Pasak Piang.
Mengaji dan perkenalan sudah, Adik-adik pulang kerumah masing-masing, dan kami kembali ke posko, untuk makan malam. Lanjut breaving dan tidur malam.

22 Februari 2014, hari ketiga, aku dan kawan-kawan melaksanakan bakti sosial. Kawan-kawan yang cewek membersihkan mushola, sedangkan kami yang cowok, membersihkan rumput yang ada di jalan dan di parit, yang kondisinya lagi kering, faktor musim kemarau.
Setelah dzuhur, kami mengajar di sekolah MI Al-Muttaqin. Sungguh miris dan muncul rasa sedih di hatiku, ketika melihat kondisi ruang belajar. Dimana dalam satu ruang di tempati oleh dua kelas. Ada tiga ruangan, sedangkan untuk Taman Kanak-kanak (TK) di posisikan di Mushola. Tidak ada kantor dan perpustakaan. Kepala sekolah terus berusaha untuk mendapatkan semua kebutuhan siswa.
Semangat para siswa sangat kuat, kekurangan sarana dan prasarana tidak menurunkan niat mereka untuk menempa ilmu, meraih masa depan yang cemerlang. Mereka disiplin, datang selalu awal dan sholat berjemaah di mushola.

Cara membaca, menulis dan berhitung sudah bisa. Mereka harus terus di didik dan di kembangkan bakatnya. Secara seni, mereka pada percaya diri, ada yang bisa menari dan menyanyi sholawat.
Merekalah yang akan menjadi generasi penerus yang bagus kedepan, memajukan dusun Belidak desa Pasak Piang. Selain mengajar, kami juga menyampaikan pesan-pesan kepada para siswa untuk motivasi kedepan.

Di sela-sela mengajar, kami peserta PBM, menyampaikan informasi seputar lomba yang akan kami adakan, selama tiga hari di MI Al-Muttaqin. Siswa-siswi mendengarkan dengan seksama dan menyambut bersama antusias yang besar. Mereka lansung mendaftarkan diri sebagai peserta lomba. Malam harinya kami mengajar ngaji.

23 Februari 2014, hari keempat, agenda kami, bakti sosial. Kali ini kami menggali sumur di samping mushola Al-Muttaqin. Kemudian kami silaturahmi kerumah warga. Kami disambut dengan sangat ramah. Saling berbagi cerita. Kami menanyakan semua aktivitas warga. Manyoritas dari mereka bekerja dan berpenghasilan dari berkebun karet. Kemudian sawit, serta ada yang membuat parang.
Kami mampir ke rumah nenek yang bernama Marina, usianya seratus lebih, namun terlihat masih kuat dan masih bisa bekerja menoreh karet. Memiliki tiga anak, anak yang tua kerja di arab sebagai TKW, sudah 13 tahun tidak pulang, anaknya hanya mengirimkan uang kepada nenek Marina.
Salah satu dari temanku bertanya kepada nenek, adakah resep awet muda. Si Nenek hanya tertawa, dan menjadi terhibur dengan pertanyaan kami berupa candaan tersebut.
Siang harinya, kami mengajar ke madrasah. Malam harinya ngajar ngaji. Di lanjutkan rapat kecil sebelum menuju pulau seribu mimpi alias tidur.

24 Februari 2014, hari kelima. Setelah olahraga, kami dari kelompok 17 pergi  silaturahmi ke kelompok 15, dengan berjalan kaki sekitar 40 menit. Pulangnya kami memetik pakis/paku untuk di masak buat sayur nanti makan siang. Semenjak ke kota sudah lama tidak makan sayur pakis.
Setelah dzuhur, di sekolah, kami melaksankan perlombaan, dengan cabang lomba adzan dan tartil. Para peserta dengan sungguh-sungguh dan semangat mengikuti perlombaan.
Setelah Ashar, kami melaksanakan baksos, membantu warga memperbaiki jembatan. Malam harinya mengajar ngaji, dan breaving.

25 Februari 2014, hari keenam, kami menyelesaikan pembuatan plang. Bakti sosial. Membuat persiapan untuk layar tancap, nonton bersama warga. Siag harinya melanjutkan perlombaan, dengan cabang lomba hafalan surah pendek, bacaan sholat dan menggambar. Hanya lima cabang lomba yang kami perlombakan, dan selesai dengan lancar.

Setelah itu, kami sosialisasi kepada warga untuk nonton bareng. Biasa di kampung Belidak, kalau ada layar tancap, ramai yang datang, bahkan ada warga yang memanfaatkan waktu tersebut untuk berdagang cemilan, makanan dan minuman. Seperti ada dangdutan gitu, hehe.
Kami mengajar ngaji dulu, karena acara nonton barengnya setelah sholat isyak. Sekitar pukul 19.45 wib, para warga sudah pada berdatangan ke halaman madrasah, tempat layar tancap. Kami memutar film Mestakung (semesta mendukung) dan film sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda. Sampai pukul 23.00 wib. Nonton bareng pun selesai.

26 Februari 2014, hari ketujuh. Pemasangan Plang nama sekolah. Mengajar dan berfoto bersama siswa. Kami berkemas-kemas untuk malam penutupan. Aku pergi meminjam sound sistem kerumah warga, setelah itu bersama kawan-kawan kami membuat panggung sederhana. Dengan semangat, akhirnya selesai juga persiapan untuk malam penutupan.

Malam penutupan diisi dengan berbagai macam rangkaian acara, sambutan dari  perwakilan warga, kemudian sambutan dari peserta PBM, pada saat itu aku yang mewakili, sekaligus berpamitan.
Dilanjutkan pengumuman pemenang lomba dan pembagian hadiah. Serta pemberian kenang-kenangan untuk MI Al-Muttaqin. Walau sangat sederhana yang mampu kawan-kawan peserta PBM kelompok 17 berikan, mamun momen yang sangat berkesan itulah yang tidak akan pernah terlupakan.

Selesai semua rangkaian acara, kami salam-salaman bersama para warga dan murid-murid. Tidak terasa warga seminggu telah berlalu kami di desa Pasak Piang dusun Belidak, menetes air mata kami. Ketika bersalaman dengan nenek. Kami meminta maaf jikalau ada salah dan tingkah kami yang tidak berkenan di hati warga.
Pekan Bakti Mahasiswa yang berjalan selama satu minggu di Dusun Belidak, Desa Pasak Piang berjalan dengan lancar. Berbagai agenda terlaksana, sebagaimana  tertera didalam lampiran. Satu minggu terasa cepat, ada salah satu warga yang memberikan paparan dn menginginkan kami peserta PBM berada di desa tersebut lebih lama lagi, karena warga merasa ramai dan ada kegiatan nyata yang di aplikasikan oleh mahasiswa.

Menjadi pengalaman pertama, bagi kami mahasiswa baru semester 1 dari berbagai jurusan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak. Kegiatan PBM ini menjadi gambaran kecil, seperti apa keiatan terjun kepada masyarakat, yang akan kami rasakan nanti setelah semester akhir, atau yang di kenal dengan Kuliah Kerja Lapangan.
Di desa Pasak Piang, Kami bisa merasakan indahnya pemandangan, udara dan sosial, panorama pedesaan yang berkesan. Kami bisa mandi di sungai, bersama adek-adek yang lucu-lucu di desa itu. Ada yang melonjat dengan semangat dari atas jembatan, terus terjun ke sungai tanpa rasa takut dan melepaskan semua beban yang ada di pikiran.

27 Februari 2014, hari terakhir kami di dusun Belidak dan bersiap-siap untuk pulang. Setelah sholat subuh, barang-barang kami sudah selesai dikemas. Mentor menyuruh kami berkumpul. Bersama tuan rumah, kami mengucapkan ucapan terima kasih atas pemberian tempat yang sangat bermanfaat bagi kami.

Berlinang air mata istri pak Hodi, yang sudah menganggap kami seperti anak sendiri, dan seminggu berada di desa tersebut. Sungguh akan menjadi kenangan yang tidak akan terlupakan. Terima kasih pak Hodi dan keluarga. Maafkan kami jika terdapat salah.

Kami memberikan kenang-kenagan kepada pak Hodi dan keluarga. Kami berjanji akan datang kembali pada lain waktu dan kesempatan yang di berikan Allah swt, nikmat sempat dan sehat, amin. Sebelum berangkat menuju dermaga, kami berfoto bersama di depan teras rumah pak Hodi.
Terima kasih Dusun Belidak, Desa Pasak Piang, yang dengan ramah menyambut kedatangan kami sebagai mahasiswa yang ingin mengabdi, menjalankan tri dharma perguruan tinggi dalam agenda Pekan Bakti Mahasiswa (PBM) IAIN Pontianak 2014.
Sampai berjumpa kembali ,Wassalam.
Sukardi (Adi TB)  dan kawan-kawan kelompok 17.


Posting Komentar

0 Komentar