sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Suamiku Sepupuku (kisah nyata)




                                 Suamiku Sepupuku
                                     Oleh : Sukardi
Cerita ini saya tulis berdasarkan kehidupan saya pribadi dan lingkungan keluarga saya. Mungkin bisa jadi cerita ini juga terjadi pada kehidupan orang lain. Mengangkat dari realita kehidupan orang tua saya yang statusnya kawin sepupu dan menikmati masa-masa Siti Nurbaya dengan tradisi perjodohan.


Nama ibu saya Siti Nurhasanah biasa di panggil Sanah, lahir di desa Tanjung Saleh kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kubu Raya. Ibu saya adalah seorang wanita dengan karakter ramah, lugu, asyik, komunikator, banyak kenalan dan sedikit manja, maklum dia anak bungsu dari delapan bersaudara. Ibu saya pernah bercerita ketika dia masih anak-anak, dia sangat manja kepada kakek, apapun yang dia minta selalu kakek turuti, kalau dilarang ikut ketika kakek akan berjualan buah dia nekat untuk ikut dan sembunyi di dalam bak motor air milik kakek. Setelah sampai dipasar barulah ibuku keluar dan kakek hanya bisa tersenyum dari sebelumnya jengkel dengan tingkah ibuku. Jualan buahnya itu ke pasar Sungai Jawi (Gertak Tige atau Pasar Dahlia). Dulu transportasi menggunakan motor air masih bisa masuk , tapi sekarang telah berubah akses sehingga motor air  tidak bisa masuk dan hanya bisa akses melalui jalan raya.
Ketika remaja usia 14 tahun ibu saya dilamar oleh ustadnya sendiri dari kota Malang, Jawa Timur. Ibu saya menolak lamaran ustad tersebut dengan alasan takut durhaka kepada gurunya, takut salah dalam kata, tidak ada rasa suka  dan masih belum jodoh.
Banyak pria yang ingin meminang ibuku sebagai gadis bungsu dari ayah yang bernama haji Abdul Gani dan ibu bernama Napari. Namun ibu belum mememukan pendamping hidup yang klik dan sesuai dihatinya ketika itu. Ibu masih menikmati ceria kehidupan bersama kawan-kawan kelompok kasidah dan kawan-kawan Pengembangan potensi remaja di desanya.
Ibuku punya bibi (nenekku) di desa Teluk Batang kabupaten Kayong Utara, ibu ingin berlibur sekaligus silaturahmi ke tempat nenek serta keluarga lainnya. Nenekku pergi ke Tanjung Saleh untuk menjemput ibuku, dengan semangat dan tidak ada rasa ingin menolak ibu langsung berangkat ke Teluk Batang ikut nenek. Maklum baru pertama kalinya ke Teluk Batang ibu merasa bingung dan tidak ada kenalan. Nenek punya anak pria (ayahku) , berarti sepupu ibuku. Ayah sifatnya ramah dan humoris , dia langsung menyambut dengan ramah kedatangan sang sepupu yang memiliki rupa manis dan cantik. Akhirnya ibu punya teman berkomunikasi di awal kedatangannya di Teluk Batang walau dengan rasa yang sedikit canggung. Menjadi pertemuan pertama dengan sang sepupu, banyak bertanya hal-hal kehidupan mereka dan saling berbagi cerita ketika masih anak-anak di desa  masing-masing yang terasa lucu di sertai tawa kecil.
Ayahku bernama Suhardi, biasa di panggil Suhar Lahir di desa Teluk Batang kabupaten Kayong Utara. Ayah saya anak sulung dengan karakter rajin, ulet, tegas dan humoris. Bekerja dengan sunggu-sungguh dan diselesaikan dengan penuh tanggung jawab.
Setelah beberapa hari di Teluk Batang, mereka semakin akrab. Ada waktu santai mereka jalan-jalan ke tempat keluarga. Pernah ayah mengajak ibu nonton film layar lebar yang ketika itu masih ada bioskop di Teluk  Batang, sekarang sudah tutup. karena telah banyak masyarakat yang punya televisi masing-masing dirumahnya. Sekitar satu bulan di Teluk Batang , ibu pulang ke Tanjung Saleh dan melanjutkan aktivitasnya. Dengan hati senang bersilaturahmi ke tempat keluarga di desa Teluk Batang yang sangat jauh dari desa Tanjung Saleh jika pergi menggunakan transportasi laut sekitar enam belas jam baru sampai.
Pada waktu itu, di desanya ibu aturannya sangat ketat. Pernah ibu dan kawan-kawannya dikejar dan dimarah oleh pamannya. Padahal ibu bukan pacaran dan tidak secara sengaja berjalan berduaan dengan pria. Mereka bersama pria itu hanya kebetulan satu arah untuk pulang kerumahnya. Ibuku lari sekuat-kuatnya, hingga dia mampir di salah satu rumah warga dan sembunyi di dalam tempayan. Setelah keadaan kondusif barulah ibu saya keluar dari tempat persembunyian dan aman dari kejaran paman yang telah salah sangka. Itulah zaman Siti Nurbaya yang aku katakan, berjalan dengan pria yang di anggap asing tidak boleh.
Liburan di tempat sepupu berjalan dengan mengasyikkan, ada kenangan yang tak akan terlupakan hingga ibu pulang ke kampung halaman.Di kampung ibu berbagi cerita kepada kawan-kawannya tentang keluarga yang ada di Teluk Batang.
Setelah beberapa bulan, bapak pergi ke Tanjung Saleh bersama nenek dengan tujuan melamar ibu. Ibu tidak tahu kalau hari itu akan ada acara meminang dari pihak pria , ibu ketika itu sedang main-main keluar . setelah pulang kerumah kok ramai orang, ada apa? Kata tanya di hati ibu. Setelah masuk kerumah seorang yang tukang rias pengantin , langsung membawa ibu kekamar untuk dihias. Ibu bertanya kepada tukang hias, ada acara apa?.. 
Tukang hias pengantin itu menjawab, malam itu adalah  prosesi pernikahan ibu bersama ayah. Dengan rasa kaget dan heran ingin mengetahui siapa pria itu, ternyata itu sang sepupu yang berparas tampan dan berjiwa pemimpin. Dalam hati yang bingung, ibu berkata ya Allah, jika dia jodohku jadikanlah dia imam di dalam hidupku dan aku yakin atas semua janji dan jalanmu yang benar. Mulai saat itu, resmilah status ibu sebagai istri ayah yang sah melalui jalan pernikahan dan perjodohan orang tua . pernikahan sepupu terjadi dengan halal, suamiku sepupuku semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amiin J

Posting Komentar

0 Komentar