Suamiku Sepupuku
Oleh : Sukardi
Cerita
ini saya tulis berdasarkan kehidupan saya pribadi dan lingkungan keluarga saya.
Mungkin bisa jadi cerita ini juga terjadi pada kehidupan orang lain. Mengangkat
dari realita kehidupan orang tua saya yang statusnya kawin sepupu dan menikmati
masa-masa Siti Nurbaya dengan tradisi perjodohan.
Nama
ibu saya Siti Nurhasanah biasa di panggil Sanah, lahir di desa Tanjung Saleh
kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kubu Raya. Ibu saya adalah seorang wanita
dengan karakter ramah, lugu, asyik, komunikator, banyak kenalan dan sedikit
manja, maklum dia anak bungsu dari delapan bersaudara. Ibu saya pernah
bercerita ketika dia masih anak-anak, dia sangat manja kepada kakek, apapun
yang dia minta selalu kakek turuti, kalau dilarang ikut ketika kakek akan
berjualan buah dia nekat untuk ikut dan sembunyi di dalam bak motor air milik
kakek. Setelah sampai dipasar barulah ibuku keluar dan kakek hanya bisa
tersenyum dari sebelumnya jengkel dengan tingkah ibuku. Jualan buahnya itu ke
pasar Sungai Jawi (Gertak Tige atau Pasar Dahlia). Dulu transportasi menggunakan
motor air masih bisa masuk , tapi sekarang telah berubah akses sehingga motor
air tidak bisa masuk dan hanya bisa akses
melalui jalan raya.
Ketika
remaja usia 14 tahun ibu saya dilamar oleh ustadnya sendiri dari kota Malang,
Jawa Timur. Ibu saya menolak lamaran ustad tersebut dengan alasan takut durhaka
kepada gurunya, takut salah dalam kata, tidak ada rasa suka dan masih belum jodoh.
Banyak
pria yang ingin meminang ibuku sebagai gadis bungsu dari ayah yang bernama haji
Abdul Gani dan ibu bernama Napari. Namun ibu belum mememukan pendamping hidup
yang klik dan sesuai dihatinya ketika itu. Ibu masih menikmati ceria kehidupan
bersama kawan-kawan kelompok kasidah dan kawan-kawan Pengembangan potensi
remaja di desanya.
Ibuku
punya bibi (nenekku) di desa Teluk Batang kabupaten Kayong Utara, ibu ingin
berlibur sekaligus silaturahmi ke tempat nenek serta keluarga lainnya. Nenekku
pergi ke Tanjung Saleh untuk menjemput ibuku, dengan semangat dan tidak ada
rasa ingin menolak ibu langsung berangkat ke Teluk Batang ikut nenek. Maklum
baru pertama kalinya ke Teluk Batang ibu merasa bingung dan tidak ada kenalan. Nenek
punya anak pria (ayahku) , berarti sepupu ibuku. Ayah sifatnya ramah dan
humoris , dia langsung menyambut dengan ramah kedatangan sang sepupu yang
memiliki rupa manis dan cantik. Akhirnya ibu punya teman berkomunikasi di awal
kedatangannya di Teluk Batang walau dengan rasa yang sedikit canggung. Menjadi
pertemuan pertama dengan sang sepupu, banyak bertanya hal-hal kehidupan mereka
dan saling berbagi cerita ketika masih anak-anak di desa masing-masing yang terasa lucu di sertai tawa
kecil.
Ayahku
bernama Suhardi, biasa di panggil Suhar Lahir di desa Teluk Batang kabupaten
Kayong Utara. Ayah saya anak sulung dengan karakter rajin, ulet, tegas dan
humoris. Bekerja dengan sunggu-sungguh dan diselesaikan dengan penuh tanggung
jawab.
Setelah
beberapa hari di Teluk Batang, mereka semakin akrab. Ada waktu santai mereka
jalan-jalan ke tempat keluarga. Pernah ayah mengajak ibu nonton film layar
lebar yang ketika itu masih ada bioskop di Teluk Batang, sekarang sudah tutup. karena telah
banyak masyarakat yang punya televisi masing-masing dirumahnya. Sekitar satu
bulan di Teluk Batang , ibu pulang ke Tanjung Saleh dan melanjutkan
aktivitasnya. Dengan hati senang bersilaturahmi ke tempat keluarga di desa
Teluk Batang yang sangat jauh dari desa Tanjung Saleh jika pergi menggunakan
transportasi laut sekitar enam belas jam baru sampai.
Pada
waktu itu, di desanya ibu aturannya sangat ketat. Pernah ibu dan kawan-kawannya
dikejar dan dimarah oleh pamannya. Padahal ibu bukan pacaran dan tidak secara
sengaja berjalan berduaan dengan pria. Mereka bersama pria itu hanya kebetulan
satu arah untuk pulang kerumahnya. Ibuku lari sekuat-kuatnya, hingga dia mampir
di salah satu rumah warga dan sembunyi di dalam tempayan. Setelah keadaan
kondusif barulah ibu saya keluar dari tempat persembunyian dan aman dari
kejaran paman yang telah salah sangka. Itulah zaman Siti Nurbaya yang aku
katakan, berjalan dengan pria yang di anggap asing tidak boleh.
Liburan
di tempat sepupu berjalan dengan mengasyikkan, ada kenangan yang tak akan terlupakan
hingga ibu pulang ke kampung halaman.Di kampung ibu berbagi cerita kepada
kawan-kawannya tentang keluarga yang ada di Teluk Batang.
Setelah
beberapa bulan, bapak pergi ke Tanjung Saleh bersama nenek dengan tujuan
melamar ibu. Ibu tidak tahu kalau hari itu akan ada acara meminang dari pihak
pria , ibu ketika itu sedang main-main keluar . setelah pulang kerumah kok
ramai orang, ada apa? Kata tanya di hati ibu. Setelah masuk kerumah seorang
yang tukang rias pengantin , langsung membawa ibu kekamar untuk dihias. Ibu
bertanya kepada tukang hias, ada acara apa?..
Tukang
hias pengantin itu menjawab, malam itu adalah
prosesi pernikahan ibu bersama ayah. Dengan rasa kaget dan heran ingin
mengetahui siapa pria itu, ternyata itu sang sepupu yang berparas tampan dan
berjiwa pemimpin. Dalam hati yang bingung, ibu berkata ya Allah, jika dia
jodohku jadikanlah dia imam di dalam hidupku dan aku yakin atas semua janji dan
jalanmu yang benar. Mulai saat itu, resmilah status ibu sebagai istri ayah yang
sah melalui jalan pernikahan dan perjodohan orang tua . pernikahan sepupu
terjadi dengan halal, suamiku sepupuku semoga menjadi keluarga yang sakinah
mawaddah warohmah. Amiin J
0 Komentar