sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Tetap Bersamamu (Cerpen)



Dibawah bulan purnama yang begitu terang. Sepasang kekasih saling berhadapan. Membisu satu sama lain. Saling menatap begitu dalam. Keduanya terdiam untuk waktu yang lama. Bahkan hembusan angin yang begitu terasa dingin tak membuat mereka bergerak sedikitpun.

Steven dan Avissa sudah berpacaran selama 20 bulan. Banyak suka duka dan kenangan yang mereka lewati bersama. Suatu hari, mereka bertengkar hebat. Saling menyalahkan satu sama lain, saling egois satu sama lain, saling adu mulut, berdebat satu sama lain. 

Pertengkaran mereda saat Steven mulai berbicara lembut dan mengendalikan keadaan. Ia meminta maaf terlebih dahulu kepada Avissa. Avissa gadis yang begitu keras kepala, tidak memaafkan Steven dengan begitu mudahnya, disisi lain ia pun sadar kalau ia salah dan begitu egois. Avissa hanya terdiam.

Steven tetap berusaha membujuk Avissa, meminta maaf padanya dan menggenggam kedua tangan Avissa. Steven berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Ia berjanji tidak akan pergi berdua dengan perempuan lain semendesak apapun kondisinya. Avissa mulai tenang, ia sadar tidak boleh terus-terusan bersikap seperti ini, sikapmya seperti ini hanya akan menghancurkan hubungannya. Avissa menerima permohonan maaf Steven, dan juga berjanji akan memperbaiki sikapnya serta berjanji untuk tidak pergi berdua dengan laki-laki lain. Perdebatan itu terselesaikan begitu saja setelah keduanya saling berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.


***

Beberapa bulan setelah Steven dan Avissa saling berjanji satu sama lain. Steven mengikuti sebuah event yang begitu penting. Event itu mengharuskan ia berpasangan dengan perempuan lain. Karna satu dan lain hal Avissa tidak dapat menjadi pasangan Steven dalam event tersebut. Karena kondisi yang memang sungguh tidak memungkinkan, Avissa mencoba merelakan Steven mengikuti event tersebut dengan perempuan lain.

Hal yang tidak terduka terjadi Steven menjadi pemenang dalam event tersebut. Disisi lain, hal ini membuat Avissa khawatir. Dengan menangnya Steven dalam event tersebut, Steven akan menjadi lebih sibuk karena ia harus menjalankan tugasnya sebagai pemenang dari event tersebut selama 1 tahun kedepan. Dan yang membuat Avissa semakin takut, Steven akan menjalankan tugasnya sebagai pemenang dengan perempuan lain. Perempuan yang juga menjadi pemenang dalam event tersebut.

Avissa menggerutu dalam hati. Ia tak sampai hati melarang Steven mengikuti event itu. Steven begitu bersemangat mengikuti event tersebut. Bagaimana tidak, event itu dapat meningkatkan pamor seseorang. Dan yang paling penting., Niat Steven mengikuti event itu karena ingin membanggakan kedua orang tuanya.

Kemenangan Steven dalam event tersebut membuat Steven berubah 180 derajat. Ia lebih sibuk dari sebelumnya, banyak menghabiskan waktunya menghadiri acara demi acara yang harus dihadirinya karena dia merupakan pemenang dari event yang sebelumnya ia ikuti. Dan tentunya, semua acara yang dihadirinya ia hadiri bersama perempuan yang juga menjadi pemenang dalam event tersebut.

Avissa menahan hati melihat itu semua. Setiap hari Avissa hanya marah-marah atas apa yang terjadi. Ia tidak terima jika Steven terus-terusan menyibukan diri dengan tugas-tugasnya sebagai pemenang dan tidak mempedulikan dirinya sama sekali. sampai pada akhirnya Steven semakin bersikap acuh tak acuh pada Avissa. 

Hubungan keduanya mulai terlihat memburuk. Saling acuh tak acuh, saling tidak mempedulikan satu sama lain, saling menyibukkan diri sendiri. Waktu keduanya untuk bertemu bisa dihitung dalam satu bulan. Dan dalam pertemuan itu hanya diisi dengan perkelahian.


***


Janji yang sudah diucapkan satu sama lain pada malam itu hanya berlangsung selama beberapa bulan saja. Kesalahan yang sama terulang kembali karna salah satu dari mereka melanggar janji yang dibuat sendiri. 

Steven melanggar janjinya, ia berpergian berdua dengan perempuan lain, berfoto suka ria bersama perempuan lain. Hal itu membuat Avissa sangat marah. Avissa terus mengungkit tentang janji yang dibuat Steven. Disisi lain Steven hanya menyebut semua itu hanya formalitas dan menyuruh Avissa untuk berfikir dewasa. Berkali-kali Steven mengabaikan semua ocehan dan kekesalan Avissa padanya.

Avissa mulai merasa lelah dengan semua ini. Ia dilema antara harus bertahan atau berhenti sampai disini. Steven sudah terasa begitu jauh. Disisi lain, ia memikirkan hubungan mereka yang sudah lama mereka jalani. Avissa tidak tau harus berbuat apalagi. Ia hanya mencoba menerima semuanya.

Kemarahan Avissa semakin menjadi saat Steven selalu tidak ada saat Avissa memerlukan pertolongannya. Berkali-kali Avissa sakit dan dalam keadaan susah. Dan Steven tetap sulit untuk dimintai pertolongan. Permintaan tolong Avissa berakhir dengan perkelahian. Sampai pada akhirnya Avissa mulai tidak tahan dengan ini semua. Ia mencari orang lain yang bisa mengerti akan dirinya. Dan Avissa menemukan orang tersebut. Teman lama Avissa, Leo.


***


Avissa mulai terbiasa dengan sikap Steven yang acuh tak acuh padanya. Avissa bersikap yang sama pada Steven, tidak ambil peduli atas apapun yang Steven lakukan. Disisi lain, Avissa mulai terus saling berkomunikasi dengan teman lamanya. Saling bercerita keluh kesahnya pada Leo.

Sampailah pada suatu hari Leo mengajak Avissa untuk pergi berdua bersamanya. Sebelumnya Avissa merasa tidak yakin. Avissa mengingat janji yang dibuatnya, tapi dia ingat atas perlakuan Steven dan bagaimana Steven mengingkari janjinya. Hati Avissa begitu kecewa mengikat bagaimana perlakuan Steven akhir-akhir ini. Hingga Avissa memutuskan untuk menerima ajakan Leo untuk jalan bersamanya.

Avissa mulai terbiasa pergi bersama Leo. Steven masih sibuk dengan urusannya, dan tidak peduli dengan apa saja yang terjadi dengan Avissa. Avissa semakin tidak peduli dengan apa yang Steven lakukan. Ia mencari kebahagiannya sendiri.

Sampailah suatu ketika, Steven mengetahui dengan apa yang dilakukan Avissa. Ia tahu kalau Avissa berpergian dengan lelaki lain. Steven begitu marah besar ia mengajak Avissa bertemu. Keduanya saling adu mulut saat bertemu. Avissa terus mengelak kalau ia berpergian dengan lelaki lain. Steven semakin marah besar dan mendesak Avissa. Avissa mengatakan sejujurnya, tentang ia berpergian dengan lelaki lain. Steven begitu kecewa dengan Avissa. Steven menampar Avissa.

“Sebelum menyalahkanku, sadarlah! Kau yang memulai melanggar janjimu! Kau bepergian dengan perempuan lain, berfoto suka ria dengan perempuan lain! Kau mengabaikan semua amarah dan rasa cemburuku! Kau sibuk dengan semua urusanmu dan tidak mempedulikan aku!” Teriak Avissa. Ia menangis terisak-isak. Pipinya terasa panas. Air mata tak berhenti keluar dari matanya.

Steven marah dengan pembelaan diri Avissa. Ia menampar Avissa kembali. Menyalahkan Avissa harusnya tak membalas dendam. Mengatakan apa yang ia lakukan selama ini dengan perempuan lain hanyalah formalitas. Avissa semakin menangis menjadi-jadi. Tak terasa darah segar keluar dari sudut bibirnya.

Akhirnya, Steven mulai tersadar. Ia menangis. Memohon maaf pada Avissa. Ia tak seharusnya memukul Avissa. Sesalah-salahnya perempuan, seharusnya tidak boleh sampai dipukul. Steven menangis. Ia begitu menyesal. Avissa mencoba melarikan diri, tapi Steven menahannya. Steven memohon-mohon maaf pada Avissa sambil menangis. 

Keduanya saling menangis. Avissa tidak tahu harus berkata apalagi. Ia mengatakan ingin mengakhiri hubungannya dengan Steven. Steven tidak ingin hal itu terjadi ia terus meminta maaf pada Avissa sambil menangis, ia terus-terusan membujuk Avissa. 

Avissa tidak tahu harus berkata apalagi. Ia hanya minta diantar pulang. Steven menurut. Keduanya saling menangis sepanjang jalan. Steven terus meminta maaf dan maaf. Sedangkan Avissa tidak menanggapi Steven sama sekali.

Sesampainya dirumah, Avissa merasa kacau. Ia mencuci wajahnya dan masih terus menangis. Tak lama kemudian ia melihat bergitu banyak pesan masuk di handphonenya, semua pesan dari Steven. Steven terus memohon maaf. Steven meminta Avissa untuk memberikan kesempatan kedua padanya. Steven mengatakan ia telah mengakui kesalahannya pada orang tuanya. Ibu Steven meminta Steven untuk membawa Avissa kerumahnya keesokan harinya. Steven memohon pada Avissa untuk mengizinkannya membawa Avissa kerumahnya. Avissa hanya mengiyakan, disisi lain ia berfikir karna Ibu Steven yang ingin bertemu dengannya.



***

Keesokan harinya. Steven menjemput Avissa untuk dibawa kerumahnya. Diperjalanan keduanya hanya saling diam. Mata keduanya begitu terlihat bengkak dan sembab. Keduanya hanyut dalam fikiran masing-masing.

Sesampainya di rumah Steven, Ibu Steven langsung memeluk Avissa. Ibu Steven mengisyaratkan agar Steven meninggalkan mereka berdua. Avissa tidak berani menatap mata ibu Steven. Ia terus mengalihkan pandangannya.

Ibu Steven mengelus perlahan lengan Avissa. Berbicara perlahan kepada Avissa meminta Avissa menjelaskan apa yang terjadi. Avissa menjelaskan semuanya, ia hampir menangis mengingat apa yang terjadi semalam padanya. Ibu Steven terlihat sedih. Setelah menjelaskan semuanya, Avissa hanya terdiam kembali. Ibu Steven mengerti dengan apa yang dirasakan Avissa dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh atas nama Steven. Ibu Steven telah menegur Steven dan menjanjikan Steven tidak akan melakukan hal yang sama.

Avissa hanya terdiam. Ibu Steven menjelaskan solusi terbaik untuk Avissa, dan terus meminta maaf pada Avissa. Avissa hanya terus mengangguk. Terlihat dari mata Ibu Steven, bahwa beliau begitu menyayangi Avissa dan ingin Avissa terus bersama Steven.

Hingga waktu menunjukan pukul 9 malam. Steven mengantar Avissa untuk pulang. Diperjalanan Avissa masih terus terdiam. Sedangkan Steven terus memohon maaf. Steven mengajak Avissa ke taman. Avissa hanya mengangguk, ia tetap terdiam. 


***

Saat ditaman, keduanya terdiam. Steven mencoba menggenggam tangan Avissa. Tapi Avissa menepis tangan Steven. Steven hanya terdiam. Ia meminta maaf kembali pada Avissa. Steven benar-benar berharap hubungannya dengan Avissa tidak berakhir. Disisi lain, Avissa merasa bodoh karna ia masih menyayangi Steven.

Avissa mulai bersuara. Ia meminta maaf atas kesalahannya sebelumnya. Steven terkejut. Ia senang dengan ucapan Avissa. Steven kembali meminta maaf juga pada Avissa. Avissa kembali terdiam dan hanya mengangguk. Steven memegang tangan Avissa. Mencoba berbicara perlahan pada Avissa, dan mencoba meluruskan semuanya. Avissa hanya mendengar. Ia kembali tak bersuara. Steven terus menggenggam tangan Avissa. 

Pada akhirnya, Avissa menatap tajam mata Steven. Ia menatap begitu dalam dan lama. Steven hanya terdiam, ia terus merasa bersalah dan terus meminta maaf.

“Baiklah. Aku minta maaf atas kesalahanku sebelumnya. Dan aku memaafkanmu atas kesalahanmu. Aku akan berikan kesempatan kedua padamu. Tolong hargai itu. Ayo kita perbaiki semuanya bersama-sama.” Ucap Avissa hampir tak terdengar. Tapi terlihat begitu sungguh-sungguh.

Steven merasa lega dengan apa yang diucapkan Avissa. Ia mencium tangan Avissa. Ia bersungguh-sungguh akan membuktikan pada Avissa kalau ia serius pada Avissa, dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama kembali.

Sepasang kekasih itu mencoba intropeksi diri masing-masing. Keduanya bersama-sama akan memperbaiki semuanya. Memperbaiki hubungan yang mulai retak karna kesalahan-kesalahan yang terjadi. 


Penulis: Icmi Risalati


Posting Komentar

0 Komentar