sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Membiasakan Konsumsi Pangan Lokal



Pangan adalah bahan makanan yang siap diolah menjadi makanan yang siap dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh, pertumbuhan, kerja dan perbaikan jaringan tubuh. Makanan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan dan keadaan gizi seseorang untuk menunjang aktivitasnya. 

Ketersediaan pangan tergantung pada lahan yang tersedia, tenaga untuk mengolah lahan, modal dan tingkat pendapatan untuk mengolah maupun membeli pangan, keahlian dan keterampilan. Pangan dan gizi merupakan unsur sangat penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, karena pangan selain mempunyai arti ekonomi dan politis.

Dari hasil catatan yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia mencatat bahwa  nilai impor barang konsumsi sepanjang Januari-Juni 2018 mencapai US$8,18 miliar, naik 21,64% secara year on year (yoy). 

Komoditas pangan menjadi penyumbang terbesar kenaikan impor barang konsumsi tersebut. Selain itu komoditi beras, gula, biji gandum dan meslin, serta garam adalah komoditas dengan volume impor terbesar sepanjang tahun 2018. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka akan mengalami kenaikan impor yang tajam seluruh wilayah Indonesia. 

Kalimantan Barat ‘merupakan wilayah yang berada tepat dari garis-garis khatulistiwa (garis lintang 00) melintasi propinsi ini dan menjadikan kota Pontianak dilalui oleh garis khatulistiwa. Dengan luas wilayah 146.800.700 km2 (14,68 juta ha). Wilayah Kalimantan Barat (Kalbar) mempunyai karateristik geografis yang relatife terbuka dan memliki akses yang lebih luas terhadap wilayah-wilayah potensial. 

Dengan potensi yang melimpah dapat menjadikan Kalbar sebagai penghasil ekspor pangan nasional. Kendala yang dihadapi untuk mengembangkan lahan adalah belum sesuainya aturan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang tertuang dalam peraturan daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun di tingkat provinsi.

Dalam program nawa cita yang ke tujuh disebutkan 'Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dengan Menggerakkan Sektor-sektor Strategis Ekonomi Domestik, menitikberatkan pada upaya mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Mensejahterakan Petani. Program yang disusun berbanding terbailik, faktanya kita masih saja melakukan impor. Pernyataan yang diutarakan harus menjadikan daerah fokus mengelola potensinya secara tuntas dari hulu sampai hilir. Jangan ingin mengerjakan semuanya tetapi tidak ada yang tuntas. Berikut data impor yang terjadi sepanjang tahun 2017
.
Impor beras khusus di Juni 2017 sebanyak 36,3 ribu ton atau US$ 15,8 juta. Angka ini naik jika dibandingkan Mei 2017 yang sebesar 23,2 ribu ton atau US$ 10,0 juta. Jika diakumulasi dari Januari-Juni tahun ini mencapai 130,9 ribu ton setara US$ 65,5 juta, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor tepung terigu di Juni 2017 sebesar 1,8 ribu ton setara US$ 545,5 ribu, angka ini turun jika dibandingkan Mei tahun ini yang sebesar 4,5 ribu ton setara US$ 1,3 juta. Dari Januari-Juni 2017 mencapai 23,2 ribu ton atau US$ 6,9 juta, turun jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor gula pasir di Juni 2017 sebesar 3,7 ribu ton setara US$ 2,5 juta, angka ini turun drastis jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 40,7 ribu ton atau US$ 22,4 juta. Dari Januari-Juni tahun ini jumlahnya 53,9 ribu ton atau setara US$ 30,3 juta, naik jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor daging jenis lembu di Juni 2017 sebesar 11,6 ribu ton setara US$ 39,4 juta. Angka ini naik dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 11,0 ribu ton atau US$ 36,3 juta. Dari Januari-Juni tahun nilainya 75,5 ribu ton setara US$ 265,4 juta, naik jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor jenis lembu di Juni 2017 sebesar 10,9 ribu ton setara US$ 32,4 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 14,3 ribu ton atau US$ 47,2 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 71,3 ribu ton atau US$ 230,8 juta, turun jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor garam di Juni 2017 sebesar 253,8 ribu ton setara US$ 8,1 juta. Angka ini naik jika dibandingkan Mei 2017 yang sebesar 196,2 ribu ton atau US$ 6,8 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 1,1 ribu ton setara US$ 39,5 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor mentega di Juni 2017 sebesar 1,3 ribu ton setara US$ 7,8 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 2,1 ribu ton atau US$ 12,0 juta. Dari Januari-Juni tahun nilainya 11,4 ribu ton atau US$ 59,5 juta, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor minyak goreng di Juni 2017 sebesar 1,9 ribu ton atau US$ 2,4 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebesar 2,2 ribu ton atau US$ 2,6 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 16,4 ribu ton setara US$ 18,9 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor bawang putih di Juni 2017 sebesar 90,9 ribu ton setara US$ 109,9 juta. Angka ini naik jika dibandingkan Mei 2017 yang sebesar 36,6 ribu ton atau US$ 61,5 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 251,8 ribu ton setara US$ 311,0 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor lada di 2017 sebesar 23,1 ton setara US$ 141 ribu. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 96,6 ton atau US$ 240,2 ribu. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 599,0 ton atau US$ 3,2 juta, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor kentang di Juni sebesar 6,9 ribu ton atau US$ 3,0 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 8,8 ribu ton atau US$ 4,0 juta. Dari Januari-Juni di 2017 nilainya 35,6 ribu ton atau US$ 15,9 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor cabai kering tumbuk di Juni 2017 sebanyak 2,6 ribu ton atau US$ 3,1 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 3,5 ribu ton atau US$ 4,4 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 25,2 ribu ton setara US$ 31,3 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor cabai awet sementara di Juni 2017 hanya 83,5 ton setara US$ 120,2 ribu. Angka ini naik jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 82,6 ton atau US$ 112,8 ribu. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 422,9 ton atau US$ 608,9 ribu, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor telur unggas di Juni 2017 sebesar 610 kg setara US$ 12,4 ribu. Angka ini naik tinggi lantaran di bulan sebelumnya tidak ada kegiatan impor telur unggas. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 34,1 ton atau US$ 2,5 juta, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Melihat hal tersebut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pertanian Untan mengajak masyarakat untuk mencintai produk lokal. Dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional kita ingin mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk melirik kepada pangan kita.

Posting Komentar

0 Komentar