sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Luar Biasa, Komunitas Pipet Kite Olah Bambu Jadi Sedotan

 
Foto: Komunitas Pipet Kite Pontianak/Sukardi

Pipet Kite adalah satu di antara komunitas kontributif pemuda Pontianak yang kegiatannya tidak hanya berfokus pada pemeliharaan lingkungan tetapi juga membantu meningkatkan soft skill dan ekonomi kreatif melalui pemberdayan ibu-ibu di daerah Rasau Jaya. Pipet Kite memiliki tagline 3E (environmental, and economic empowerment). Setelah selama kurang lebih delapan bulan (Maret-Oktober) menginisiasi dan kampanye serta menjalankan kegiatan, Komunitas Pipet Kite melaksanakan Official Launching pada Senin, 30 Oktober 2017.



Kegiatan tersebut dilaksanakan di British Culture and Learning Centre (BCLC) Universitas Tanjungpura Pontianak. Acara tersebut juga dihadiri oleh Komunitas-komunitas Lingkungan Hidup yang ada di Pontianak seperti Green Amplifier, Hilo Green Community, Earth Hour, pelajar dan mahasiswa serta Duta Lingkungan Hidup Kota Pontianak Tahun 2017.

Tujuan dari diadakannya Launching ini adalah untuk memperkenalkan produk yang digagas oleh Komunitas Pipet Kite yakni berupa sedotan yang terbuat dari bambu dan dapat dipakai berulang-ulang (Reusable Straw). Sedotan ini diproduksi oleh ibu-ibu dari Desa Rasau Jaya melalui pemberian edukasi dan pelatihan workshop pemberdayaan masyarakat oleh Pipet Kite tidak hanya diberdayakan tetapi ibu-ibu ini bertindak selaku mitra kerja dari Komunitas Pipet Kite dengan harapan dapat meningkatkan keahlian dan perekonomian mereka. Hal ini tentu akan meningkatkan pula kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, terutama sampah sedotan plastik.

Terdapat beberapa alasan dipilihnya bambu sebagai bahan dasar pembuatan sedotan menurut oleh Choiriah Triliani (22), selaku Penggagas dan Ketua Komunitas Pipet Kite.

 “Yang pertama, bambu itu organik, jadi kalaupun udah gak dipake atau dibuang, sedotan nya bisa terdegradasi di tanah dan nggak mencemarkan lingkungan. Di Kalimantan sendiri, terutama di Rasau Jaya tanaman bambu sangat banyak bahkan nggak termanfaatkan. Kadang-kadang sampai dibakar sama warga karena bambu termasuk dalam kategori rumput liar," ucapnya.

"Alasan-alasan tersebut memperkuat ide pembuatan dan pemanfaatan bambu sebagai bahan baku pipet kite. Selain itu bambu juga tanaman yang nggak susah buat tumbuh lagi. Kalau pohon kan bisa lima sampai sepuluh tahun baru tumbuh dan digunakan. Di Rasau juga ada komunitas ibu-ibu yang sangat welcome buat kita kasi pelatihan. Jadi ini sejalan dengan visi dan misi kita yang selain berkontribusi buat lingkungan, kita juga bias ngebantu buat nambah perekonomian mereka,” imbuhnya.

Sebelum diadakannya Official Launching, Komunitas Pipet Kite sudah mendapatkan tanggapan dan respon yang positif dari masyarakat. Hal tersebut terlihat dari penjualan dan pemasaran tahap pertama dengan total penjualan sebanyak 160 buah. Minat masyarakat terhadap sedotan bambu ini tidak hanya di Kalimantan Barat (Kalbar), namun juga di luar Kalimantan dengan adanya pesanan konsumen dari beberapa wilayah di Indonesia seperti Banjarmasin, Jakarta, dan Yogyakarta.

Feliani (17) selaku Duta Lingkungan Hidup Kota Pontianak Tahun 2017 dan anggota Komunitas Pipet Kite berharap kontribusi dari Pipet Kite ini dapat bermanfaat luas bagi lingkungan dan memacu semangat kepedulian terhadap lingkungan.

Setelah Official Launching ini Komunitas Pipet Kite akan melaksanakan penjualan dan pemasaran tahap kedua, road show, serta membuat inovasi-inovasi baru berbasis lingkungan.

(Release/Sukardi)

Posting Komentar

0 Komentar