Malam ini, malam
pertama saya bertemu dengan bulan Ramadhan di Kota Pontianak. Saya bersyukur
kepada Allah SWT, yang telah memberi nikmat sehat dan panjang umur, mengizinkan
saya berpuasa pada Ramadhan ini.
Bersama Remaja
Mujahidin dan Panitia Ramadhan 1435 H, saya bertugas menjadi penjaga parkir,
menjaga kendaraan para jamaah yang sedang melaksanakan ibadah di Masjid Raya
Mujahidin Pontianak.
Menjadi tukang
parkir, bahasa lebih sopannya itu penjaga kendaraan, ternyata tidak mudah. Kita
harus memiliki skill atau kepandaian
dalam hal menata letak, mengatur kendaraan, menyampaikan perintah dan arahan
dengan benar, selain itu, komunikasi yang baik pun harus dijaga antara penjaga
kendaraan dengan yang memiliki kendaraan.
Tidak semudah
yang dilihat, menjadi tukang parkir harus bisa menjaga kesabaran, serta
mengontrol emosi. Salah satu kasus, ialah terjadinya pertengkaran mulut, ketika
ada pengendara yang ngeyel dan tidak mengikuti intruksi.
Bagi para
Parkirman pemula, hal ini sungguh membuat jengkel. Kalau terjadi hal demikian,
ya kembali kepada komitmen yang saya sampaikan tadi. Berkomunikasilah dengan
baik. Namanya juga manusia, selalu memikirkan hak dan enaknya saja. Sedangkan
perintah sulit untuk mereka lakukan.
Saya jadikan
momentum menjaga kendaraan ini sebagai pembelajaran, diantaranya dalam hal
menata letak, kemudian memahami karakter orang yang berbeda-beda. Ada yang
cuek, ada yang murah senyum, ada yang galak, ada yang ramah. Terasa unik.
Antara orang yang
sayang dengan uangnya dan antara orang yang merelakan uangnya, itu terlihat
jelas. Misalnya, ada yang menggunakan sepeda motor butut, tapi memberikan uang.
Sedangkan yang membawa mobil mewah mengkilat, sebaliknya, hanya memberikan
senyuman dan lambaian tangan semata. Tidak apa-apa, saya tidak akan menangis,
kemudian pulang, saya akan tetap menjalankan tugas hingga tuntas. Kepada para
tukang parkir, tetaplah ikhlas dan bersahaja. Salam maju mundur!
0 Komentar