sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Penjaga Parkir



Malam ini, malam pertama saya bertemu dengan bulan Ramadhan di Kota Pontianak. Saya bersyukur kepada Allah SWT, yang telah memberi nikmat sehat dan panjang umur, mengizinkan saya berpuasa pada Ramadhan ini.
Bersama Remaja Mujahidin dan Panitia Ramadhan 1435 H, saya bertugas menjadi penjaga parkir, menjaga kendaraan para jamaah yang sedang melaksanakan ibadah di Masjid Raya Mujahidin Pontianak.
Menjadi tukang parkir, bahasa lebih sopannya itu penjaga kendaraan, ternyata tidak mudah. Kita harus memiliki skill  atau kepandaian dalam hal menata letak, mengatur kendaraan, menyampaikan perintah dan arahan dengan benar, selain itu, komunikasi yang baik pun harus dijaga antara penjaga kendaraan dengan yang memiliki kendaraan.
Tidak semudah yang dilihat, menjadi tukang parkir harus bisa menjaga kesabaran, serta mengontrol emosi. Salah satu kasus, ialah terjadinya pertengkaran mulut, ketika ada pengendara yang ngeyel dan tidak mengikuti intruksi.
Bagi para Parkirman pemula, hal ini sungguh membuat jengkel. Kalau terjadi hal demikian, ya kembali kepada komitmen yang saya sampaikan tadi. Berkomunikasilah dengan baik. Namanya juga manusia, selalu memikirkan hak dan enaknya saja. Sedangkan perintah sulit untuk mereka lakukan.
Saya jadikan momentum menjaga kendaraan ini sebagai pembelajaran, diantaranya dalam hal menata letak, kemudian memahami karakter orang yang berbeda-beda. Ada yang cuek, ada yang murah senyum, ada yang galak, ada yang ramah. Terasa unik.

Antara orang yang sayang dengan uangnya dan antara orang yang merelakan uangnya, itu terlihat jelas. Misalnya, ada yang menggunakan sepeda motor butut, tapi memberikan uang. Sedangkan yang membawa mobil mewah mengkilat, sebaliknya, hanya memberikan senyuman dan lambaian tangan semata. Tidak apa-apa, saya tidak akan menangis, kemudian pulang, saya akan tetap menjalankan tugas hingga tuntas. Kepada para tukang parkir, tetaplah ikhlas dan bersahaja. Salam maju mundur!

Posting Komentar

0 Komentar