Aku Sudah Datang
Oleh : Sukardi (Adi TB)
Rabu, 28 Mei 2014
Suasana sunyi dan seram yang aku dapatkan di
ruangan ini. Hanya terisi oleh suara mesin laptop dan suara tombol keyboard
hasil ketikanku. Cahaya lampu putih yang berada di atasku tidak terlalu terang,
namun lumayan untuk mengisi kegelapan malam.
“Kletuk!,” tiba-tiba ada suara yang mengejutkanku.
Aku melihat ke arah suara itu, ternyata di sana ada seekor cicak. Ia merayap
dengan semangat, lidahnya bergerak cepat menangkap laler yang hinggap di dinding.
Ia tidak peduli denganku yang sedang duduk sendirian. Padahal aku merasa kesepian,
dan sedikit takut, ia tak mau menyapaku. Ia tidak sombong, aku tahu ia lagi
sibuk berburu. Ia mengalami nasib yang sama sepertiku, lapar.
“Eah..” kataku mengungkapkan dingin malam.
“Eah..” kataku lagi, ternyata tetap dingin. Perutku tetap lapar. Ia
memberontak, tidak mau tahu. “Aku harus di isi” katanya. “Aku butuh sesuatu
yang nikmat dan mengeyangkan” tambahnya.
“Hangat, butuh yang hangat” kataku
menyampaikan keinginan organ tubuhku. Lututku mulai gemetaran, pertanda seperti
cicak itu, lapar. Tidak bisa menahan lama, ini harus segera diselesaikan.
“Uh” aku mulai lemas, kubuang napas dengan
lepas. “Uh..” kataku lagi, ternyata tetap saja perih yang aku rasakan. Aku memejamkan
mata, mungkin bisa mengobati. Ternyata tidak, ia semakin memberontak. Semakin
perih, tidak tertahankan lagi.
“Drrrook!” pandanganku lansung tertuju pada
sumber suara itu. Aku kaget. Setelah aku pastikan, ternyata itu suara jendela
yang tersenggol angin malam. Dari balik jendela, langit terlihat mendung, sepertinya
akan turun hujan.
“Angin jangan masuk” kataku sedikit was-was.
Takut ia masuk ke dalam ruangku yang sedang meronta-ronta ini. Aku takut ia
menambah keributan di sana. “Jangan” kataku tegas. Aku minta pengertian terhadap
angin itu.
“Traaaat..tat” itu suara benda yang sedang
aku tarik dengan pelan. Mengapa aku tarik dengan pelan, karena Ia selalu
menemani malamku. Ketika aku kedinginan, ketika aku bersembunyi dari nyamuk, ia
selalu sempat dan mau, tidak pernah menolak, pokok e ia baik ati ne. namanya selimut.
Rasa lapar ini tetap saja terasa, bersama
dingin malam yang mengusik. Aku mencoba mendamaikannya, aku bawa ia terlelap,
mungkin bisa hilang.
“Ooh” kataku dengan pelan. Ternyata
sedikitpun lapar ini tidak menghilang, bahkan semakin menjadi. “Tuhan, tolong
aku” kataku bermelas.
“Bussh… ” suara yang datang dari belakangku.
“Aku sudah datang”
“Siapa kamu?” tanyaku menghampirinya.
“Aku nasi goreng, aku datang untukmu” J ---
0 Komentar