sukarditb.com

20/SASTRA/ticker-posts

Tulisan Tidak Akan Pernah Padam



Tulisan Tidak Akan Pernah Padam
Oleh: Sukardi (Adi TB)
Rabu, 21 Mei 2014
 “Bisa gak ya?. Harus mulai dari mana?”
Itulah pertanyaan yang keluar dari benakku, ketika aku akan menulis. Disaat seperti itu,  pikiranku teringat dengan perkataan seorang Dosen, yang kukenal ketika Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) Mahasiswa baru, di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak.

Sekitar sembilan bulan yang lalu, Dosen itu berkata kepada kami, “ Tulislah apa saja yang ingin kamu tulis, jika kamu bingung, tulislah  kebingunganmu tersebut. Setelah itu, maka akan menjadi sebuah kalimat, kemudian menjadi paragraf, dan dari situ kamu sudah membuat tulisan.”
Mendengar penjelasan dari Dosen tersebut, aku menjadi semangat dan berkata, “Iya ya, ternyata menulis itu tidak sulit,” dengan mimik wajahku yang sedikit polos.                                     
Aku  mengambil pulpen dan buku yang ada di dalam tasku, aku tidak mau buang-buang waktu, dengan segera dan senyaman mungkin, aku menulis suasana di dalam kelas itu. Aku gambarkan dalam bentuk tulisan. Aku mulai dengan satu titik yang mungil, kemudian menjadi satu huruf, satu kata, satu kalimat dan akhirnya menjadi satu paragraf. Aku kerjakan di atas kertas yang semulanya putih polos. Setelah itu, tinta hitam mengotori kertas tersebut dengan tulisanku. perlahan-lahan namun pasti. Aku mulai merasakan, ternyata menulis itu asyik.
Kuliah semester pertama aku jalani, ada dua belas mata kuliah yang harus aku hadapi, salah satunya berhubungan dengan menulis, mata kuliah apakah itu? Ya, tepat jawaban anda, mata kuliah “Bahasa Indonesia”.
Hari pertama mata kuliah Bahasa Indonesia, kami satu kelas langsung mendapat tugas membuat tulisan. Bagaimana  bentuknya?, bentuknya itu mencatat kegiatan sehari-hari dalam sebuah buku catatan harian (diary).
“Bisa gak ya?. Harus mulai dari mana?”, lagi-lagi pertanyaan itu hadir dalam benakku untuk menulis. Hatiku bangkit lagi, setelah teringat  perkataan dosen ketika OPAK itu,  aku mulai menulis lagi.
Sejak Sekolah Dasar (SD) sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA),  aku belum pernah membuat catatan harian. Sekarang kuliah, aku punya konco baru, yakni buku diary. Mengapa aku katakan konco baru?, karena ia setia menemaniku dan betah berlama-lama dihadapanku,  mendengarkan semua curahan hatiku. Yang kadangkala senang, sedih dan sebagainya, semua itu aku tulis bersamanya.
Awalnya, aku anggap buku catatan harianku sebagai buku tugas Bahasa Indonesia, namun setelah banyak catatan harian yang aku tuangkan, dan aku baca kembali di waktu luang,  sungguh terasa lucu dan menyenangkan.
Contohnya, ketika ada kejadian yang telah terlupakan, namun di dalam tulisan, kejadian itu tetap ada, dan mengingatkan aku kembali akan suasana tersebut. Asyik bukan?, pasti anda belum yakin dan bisa mengatakan “Iya”. Silakan anda mencoba terlebih dahulu menulis kegiatan sehari-hari, setelah satu bulan, buka dan baca kembali, aku yakin, anda akan menjawab, “Wah, asyik ternyata menulis”.
Jadi, jangan takut menulis, jangan malas menulis, jangan berhenti menulis, dan jangan hilangkan kejadian dalam hidupmu. Sayangkan kalau tidak ditulis? Karena dengan tulisan, sejarah hidupmu akan terus terekam. 
Sebuah tulisan tidak akan pernah padam. Bagaimana kalau hilang?, iya jika hilang pun, dan ditemukan oleh orang lain, tulisan itu masih bisa dibaca. Terkecuali tulisan itu punah, dilahap oleh si jago merah alias api,  tenggalam di muara butiran putih alias air, dan rusak  oleh si penikmat softfile alias virus komputer.(*)

Posting Komentar

0 Komentar