Foto: Pelaksanaan robo-robo di Sungai Kakap(ismail/mediakalbarnews.com) |
Jangan terkejut bila berkunjung ke Kalimantan Barat sewaktu bulan Safar (dalam hitungan tahun Islam) kemudian banyak menemukan rombongan masyarakat makan bersama di pinggir sungai. Kebetulan, Kalimantan Barat juga dikenal sebagai provinsi “seribu sungai”.
Bersantap penuh keakraban di siang hari antara menjelang hingga sesudah zuhur. Menu makanan tersaji tentu saja khas Kalimantan Barat, seperti opor ayam putih, sambal serai udang, selada timun, ikan asam pedas.
Ada juga berbagai hidangan jenis kue khas Kalimantan Barat, seperi bingke, sangon, jorong, putuh buluh dan pisang raja. Saat ini sudah ditambah lagi dengan menu pengkang.
Biasanya, sebelum dimulainya acara makan bersama, dilakukan pembacaan doa memohon keberkahan Allah Subhanawata’ala. Supaya dijauhkan dari bencana, kesusahan dan diganti dengan kebahagiaan maupun limpahan rezeki.
Setelah selesai bersantap, kembali doa kepaada Allah Subhanawata’ala dipanjatkan. Masih permohonan yang sama supaya Kalimantan Barat dan masyarakatnya tidak diberikan beban kesulitan.
Sebelum masyarakat pulang ke rumah masing-masing, ada satu ritual lagi yang perlu dilaksanakan. Yaitu membuang beberapa jenis makanan ke sungai agar hanyut dibawa arus sambil berdoa kepada Allah Subhanawata’ala supaya alam selalu memberikan manfaat kepada masyarakat Kalimantan Barat.
Ritual pembacaan doa-doa tersebut, saat sebelum dan sesudah makan bersama, oleh masyarakat Kalimantan Barat, dikenal sebagai doa selamat.
Membuang beberapa jenis makanan agar hanyut dibawa arus juga ditandai sebagai makna bahwa masyarakat Kalimantan Barat ingin selalu hidup selaras dengan sungai sebagai kekayaan daerah mereka.
Bagi masyarakat Kalimantan Barat, sungai bukan sekadar kebanggaan provinsinya, namun juga sebagai sumber penghasilan alias pemberi rezeki.
Semua prosesi tersebut merupakan tradisi ritual Robo Robo. Sebuah budaya masyarakat suku Melayu di Kalimantan Barat yang dilaksanakan setiap hari Rabu di pekan terakhir bulan Safar.
Bulan Safar bagi masyarakat Melayu diyakini sebagai waktu penuh keberkahan, saat ada anggapan lain bahwa juga katanya biasanya membawa musibah. Sehingga kedua anggapan tersebut amat tepat dirasakan untuk memohon kepada Maha Kuasa supaya dijaga dari musibah dan diganti keselamatan.
Untuk masa kini yang semakin berkembang, tradisi Robo Robo tidak hanya dilakukan oleh masyarakat suku Melayu di Kalimantan Barat yang beragama Islam. Namun kini dari suku lainnya yang ada di Kalimantan Barat juga telah ikut dalam Robo Robo, bahkan meskipun dengan agama non-Islam.
Tradisi ritual Robo Robo awalnya hanya dilakukan oleh masyarakat suku Melayu yang berdiam di sekitar Kuala Mempawah, 67 kilometer dari Kota Pontianak. Seiring dinamisnya zaman, ritual Robo Robo pun akhirnya sekarang hampir dilaksanakan oleh seluruh warga Kalimantan Barat di berbagai wilayah.
Robo Robo bukan sekadar budaya masyarakat Kalimantan Barat. Tapi Robo Robo juga mengandung esensi warisan sejarah dari leluhur masa lampau.
Semua berawal dari histori ketika Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba datang ke Mempawah tahun 1148 Hijriah atau 1737 Masehi untuk menerima tampuk pewaris Kerajaan Bengkule Rajangk. Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba berlayar bersama 40 rombongan perahu dari Ketapang ke Kuala Mempawah.
Ketika Opu Daeng Manambon tiba di Kuala Mempawah, seluruh masyarakat menyambut gembira. Bahkan sampai dipasang kain warna warni di setiap rumah penduduk dan ada yang mengiringi rombongan Opu Daeng Manambon dengan sampan hingga ke pinggiran sungai.
Merasa bahagia dengan penyambutan masyarakat Kuala Mempawah, akhirnya Opu Daeng Manambon membagikan seluruh bekal makanannya kepada warga. Opu Daeng Manambon pun turun ke pinggiran sungai kemudian mengumandangkan azan lalu memanjaatkan doa pada Allah Subhanawata’ala agar diberikan keselamatan.
Selanjutnya seluruh masyarakat Kuala Mempawah yang menyambut Daeng Opu Manambon lantas bersantap bersama makanan diberikan di pinggiran sungai. Ikut juga makan bersama para rombongan kapal yang mengiring Daeng Opu Manambon.
Sebab kedatangan Opu Daeng Manambon dan rombongan berdasarkan perhitungan hijriah jatuh pada Rabu pekan terakhir bulan Safar, maka momentum sejarah itu terus diperingati masyarakat Kalimantan Barat hingga kini dengan tradisi Robo Robo.
Tradisi Robo Robo bahkan pada perkembangannya memberikan andil bagi pengenalan potensi budaya Kalimantan Barat dan perekonomian daerah. Setiap tahunnya sekarang diperingati Festival Robo Robo yang menampilkan berbagai kekayaan ritualnya, bahkan sampai dihadiri para pimpinan negara kawasasan Asean. (Indonesia.Go.Id)
0 Komentar